Ketika ada kesempatan aku pergi ke tempat ahli-ahli benda sejarah, mungkin aku bisa tahu kisah barang antik yang ditemukan oleh ayahku. Aku menemukan orang yang bisa mengetahuinya aku lihat di internet dan aku telepon orangnya dan dia memintaku untuk datang ke rumahnya. Akupun datang menemuinya, rumahnya sangat besar dengan ornamen-ornamen sejarah yang melekat. Aku pun sudah di depan pintu gerbang rumahnya, aku memencet bel rumahnya. ‘mas Elang ya, sini masuk’ kata orang berwatakan rambut gondrong dan memakai banyak gelang dan kalung. Dia adalah om Pudjo, beliau adalah ahli sejarahwan dan pengkoleksi barang-barang kuno. Banyak sekali barang kuno dirumahnya dari jam besar, senjata tajam dan lain-lainnya yang tak terhitung jumlahnya.
Aku di ajak duduk di ruang yang penuh buku sepertinya ini perpusatakaan pribadi om Pudjo. Aku sudah membawa benda antik ini. ‘mana keris-kerisnya coba saya lihat’ pinta om Pudjo. Dia melihat keris-keris itu dengan kagum sesekali dia membandingkan dengan buku yang dia baca, tidak lupa dia membuka gulungan kertas dan ada tulisan-tulisan kuno. ‘mas Elang ini adalah benda yang sangat istimewa, ini adalah keris-keris Raja dan Ratu, yang emas adalah milik Raja dan yang perak adalah milik Ratu, keris ini sudah sudah ada sejak jaman kerajaan Sriwijaya dan naskah kuno ini adalah mantra-mantra yang kalau dibacakan akan membukakan keris ini’ ujar om Pudjo. Memang betul keris itu tidak bisa di tarik dari sarungnya kalau belum di bacakan mantra. Om Pudjo tidak bisa membaca mantra tersebut karena harus mempelajarinya terlebih dahulu. Aku percaya sepertinya om Pudjo adalah orang baik.
Aku menitipkan keris-keris itu padanya, dia akan memberitahuku kalau sudah bisa membaca mantra-mantra tersebut. Rencana selanjutnya aku akan mengikuti si Jonathan kemana dia pergi bersama Monica, mungkin bisa memberikan bukti kuat bahwa mereka memang ada perselingkuhan. Dengan uang yang aku ada aku membeli kamera untuk bisa memfoto Jonathan dari jauh. Dengan penyamaran yang sudah ada kemungkinan aku tak dikenali. Sesampai di depan kantor aku duduk di kursi taman trotoar. Aku menyewa ojek dekat gang rumah babe Dut agar aku bisa mengikuti mobil Jonathan. Siang hari ketika makan siang Jonathan keluar dengan mobilnya kebetulan juga Monica ikut dengan dia. Aku ikuti mereka, mereka mampir di sebuah mall besar. Jonathan dan Monica turun di Lobby dengan cepat aku foto mereka, mereka parkir pakai Vallet.
Aku pun turun dari ojek dan aku suruh tunggu, aku mengikuti mereka dengan jarak yang agak jauh. Ada satu momen mereka berpegangan tangan lalu aku foto lagi. Mereka masuk ke restoran di dalam Mall, mereka duduk berdua dekat kaca. Ini adalah suatu kebetulan yang sangat tepat. aku duduk di sekitar tak jauh dari restoran. Mereka memesan makanan sambil bencengkrama dan tertawa, aku foto. Makanannya pun datang, awalnya biasa saja lalu Monica menyuapi Jonathan, nah ini adalah momen yang sangat bagus. Ada satpam yang menegurku, katanya dilarang mengambil foto. Baiklah aku menunggu mereka di Lobby. Pada saat mereka keluar, Jonathan membukakan pintu mobil untuk Monica. Lalu aku pun buru-buru ke ojek sewaanku, aku ikuti mereka terus. Tanpa kuduga mereka ke sebuah hotel ini semakin membuat kesimpulan bahwa mereka bener-bener ada perselingkuhan yang nanti kemungkinan membuat om Robert sangat kecewa. Aku pun masuk hotel, diruang Lobby aku duduk. Jonathan dan Monica berada di depan resepsionis untuk memesan kamar. Tapi aku sangat-sangat penasaran apa benar mereka satu kamar, mungkin aku ikuti saja mereka sampai kamar, aku bener-bener nekat.
Pada saat mereka menuju lift aku pun ikut masuk. Dengan hati yang berdebar-debar takut penyamaranku ketahuan tapi untungnya mereka tidak sadar sama sekali, mereka sambil bercanda-canda mesra padahal aku berada sangat dekat dengan mereka. Ketika keluar lift mereka ke arah kanan, aku kearah kiri saja. Sambil berjalan mereka tidak sadar aku berada ada di belakang mereka, pas ketika momen jonathan membuka pintu dan Monica masuk ke kamar aku langsung foto. Baiklah ini sudah cukup menjadi bukti. Aku keluar hotel dan ojek sewaanku masih menunggu. Aku kembali menuju ke kosan babe Dut dengan perasaan puas aku akhirnya punya banyak bukti untuk menjerat si Jonathan tinggal aku menunggu momen yang tepat. koleksi foto-foto mereka aku simpan dalam flashdisk ini akan menjadi bukti yang sangat kuat. Semua bukti sudah terkumpul, bukti kecurangan keuangan Jonathan dan bukti perselingkuhan Jonathan dan Monica. Bukti flashdisk aku akan kasih ke Dinda mungkin Dinda bisa membantu untuk kasih ke om Ginting pak Kombes. Aku akan ke kantor lagi untuk menemui Dinda. Pagi-pagi aku bersiap untuk menemui Dinda dengan berangkat pagi mungkin aku tak akan bertemu dengan Jonathan.
Aku tunggu sampai siang hari tapi Dinda tidak muncul-muncul biasanya dia tidak pernah telat masuk kantor. Tiba-tiba mobil Jonathan keluar dari kantor, akupun menyetop taxi. Aku suruh supirnya untuk mengikuti mobil Jonathan. Aku seperti ada perasaan tidak enak mengenai Dinda. Mobil Jonathan menuju ke sebuah gudang-gudang. Ini adalah tempat penyimpanan mobil-mobil om Robert ketika di datangkan dari luar negeri. Sopir taxinya aku suruh pergi saja. Aku menyelinap masuk, ada pagar yang sudah rusak jadi aku tidak ketahuan oleh penjaga gerbang. Aku mengintip dari balik container, melihat dari kejauhan Jonathan berdiri pintu besar besi gudang. Aku sangat terkejut itu adalah Roni, ternyata mereka pun komplotan para mafia Serigala Hitam. Ini semakin jelas bahwa mereka bekerja sama. Dengan cepat aku kembali ke kosan, aku hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat.
Aku ingin mengetahui siapa dalang di balik Serigala Hitam. Aku sudah kembali ke kosan babe Dut, tiba-tiba handphoneku berdering atas nama Dinda. ‘Lang..Lang’ suara lirih dan tangis Dinda. ‘Dinda kamu kenapa?’ tanyaku. Suara pria menjawab ‘Lo mau lihat cewek lo mati Lang’. ini suara Roni. ‘Ron, jangan macam-macam, inget Ron dulu Dinda temen kita juga’ kayak dengan nada khawatir. ‘persetan dengan pertemanan Lang, pertemanan ga mampu menghidupkan ayahku kembali’ emosi Roni. ‘terus mau lo apa Ron, gua mohon jangan sakiti Dinda’ pohonku. ‘Gua mau nyawa lo Lang & bawa barang antik milik ayah lo’ ujar Roni. ‘Ok Ron ok, gua siap bawa itu semua tapi gua mohon sekali lagi jangan lo apa-apain Dinda' pintaku melas. ‘Lusa tepat tengah malam lo ke gudangnya om Robert' kata Roni dan Roni mematikan telepon. Perasaanku sangat gusar, hatiku sangat kacau. Ketika aku melihat Roni pada saat di gudang om Robert dia sangat berubah, rautan wajahnya penuh mimik amarah dan dari nada bicaranya yang sangat menggebu-gebu ingin membunuhku.
Babe Dut menghampiriku kebetulan pintu kosanku terbuka setengah dia tenyata lama memperhatikanku. ‘Kenapa lo mas Elang kenapa cemas kaya gitu?’ tanya babe Dut dengan prihatin. ‘saya punya banyak masalah be, Dinda yang waktu babe ketemu dirumah sakit itu diculik sama geremobolan penjahat’ lontarku. ‘non Dinda yang cantik itu, waduh urusannya jadi ruwet nih, siapa yang culik mas?’ tanya babe lagi dengan serius. ‘mereka itu Serigala Hitam be, penjahat-penjahat keji yang pernah juga bunuh orang tua saya’ kataku dengan sedih. ‘biadab mereka semua, yaudah kite samperin aja tuh kita bantai tuh penjahat-penjahat’ semangat babe orasi. ‘gimana caranya Be? Tanyaku. ‘kan anak buah gua banyak nih, nanti kite bawa aja murid-murid gua yang udah khatam jurus-jurus terakhir’ ide si babe. ‘ok be saya setuju’ kataku. Si Babe Dut malam itu juga mengumpulkan murid-muridnya yang sudah di selektif. ‘wahai murid-murid gua yang gua sayangi’ teriak babe. ‘mau kaga lo pada ngehajar penjahat?’. ‘mau kaga lo kite jadi pembela kebenaran?’ orasi babe yang membara. ‘MAUUUU HAJAR be’ teriak kompak para murid Babe.