Tibalah aku di kantor polisi digiring dengan kasar, aku duduk di hadapkan langsung oleh polisi yang ingin mengambil keteranganku. Aku cerita dari awal yang pada intinya aku di fitnah oleh Jonathan. Dari raut wajah mereka semua seperti tidak percaya denganku. Statusku langsung menjadi tersangka dengan barang bukti sebuah botol kecil berisi racun. Aku sudah menyangkal tetapi mereka belum bisa membuktikan. Maka akan aku buktikan di pengadilan. Dimasukan aku di dalam sel tahanan yang sempit, ada beberapa tahanan yang menatapku dengan tajam tapi aku akan sabar menghadapi ini semua.
Om Ginting menghampiriku ‘mas Elang, saya kecewa dengan mas Elang, Robert adalah teman baik saya’ ujar om Ginting dengan rasa pernasaran. ‘om kan sudah dengar hasil keterangan saya bahwa saya ini di fitnah oleh Jonathan’ kataku untuk menyakinkan. ‘tapi itu tidak bisa di buktikan kalau belum ada buktinya mas Elang’ kata om Ginting berbalik badan dengan kekecewaan. Padahal diam-diam aku sudah titipkan barang bukti ke Dinda. Belum lama om Ginting pergi datang Dinda menjengukku. ‘Lang, kamu ngga apa-apa kan?’ tanya Dinda. ‘Ngga apa-apa Dinda aku baik-baik saja’ jawabku. ‘aku sudah menyewa pengacara buat kamu Lang’. ‘Siapa Dinda, om Yuri ya? temennya om Robert?’. ‘bukan Lang justru om Yuri menjadi pengacaranya si Jonathan, sepertinya mereka berkomplotan’ kata Dinda dengan cemas. ‘jangan khawatir Dinda, dengan bukti yang ada kita buktikan di sidang saja’ ujarku dengan menenangkan Dinda. ‘Pengacara yang akan mendampingi kamu nanti sahabat SMA ku, aku yakin dia bisa membelamu’ kata Dinda. Dinda terus memberi dukungan kepadaku, dia sangat sayang padaku, aku tahu dari tingkahnya yang selalu khawatir kepadaku. Hari-hari di sel sangat memberi kesan padaku, membuat diriku menjadi lebih dewasa dan siap menghadapi tantangan selanjutnya. Aku yakin aku akan memenangkan persidangan dan akan membuat malu si Jonathan. Aku percaya dengan sahabat Dinda, dia dapat membuat dalih untuk membuktikan Jonathan lah yang salah dengan bukti yang sudah aku serahkan ke Dinda.
Sudah 30 hari aku telah menyesuaikan di sel tahanan ini tak lebih menakutkan ketika aku sendiri ini sungai tempat aku berdiam diri disuruh mbah Utaryo. Hari persidangan pun di mulai. Aku sudah bertemu pengacara sahabat Dinda, namanya Gilang. Gilang pengacara yang sudah banyak menyelesaikan banyak kasus dan hampir keseluruhannya dia bisa tuntaskan. Pada saat masuk ruang sidang ramai yang ingin menyaksikan dan banyak wartawan yang meliput. Tak ku sangka kasus ini sangat geger di masyarakat umum. Aku lihat Jonathan dan om Yuri dengan wajah mereka yang mengisyaratkan mereka akan menang. Monica yang sombong itupun datang dengan dadanan seperti nyonya besar dengan make up tebal. Padahal mereka belum tahu apa yang nanti mereka akan hadapi. Para hakim sudah hadir, aku lihat Babe Dut dan sebagian anggota Sanggar datang, Dinda pun hadir dengan menyemangatiku.
Aku pun semakin optimis, ini akan menjadi persidangan yang seru. Gilang punya rencana agar persidangan ini berlangsung alot terlebih dahulu, membuat mereka akan menang. Gilang menyuruhku untuk memberiku keterangan seadanya saja. Sampai nanti tiba waktunya mereka akan terkejut. Gilang dan timnya menyiapkan proyektor, para hadirin di dalam persidangan sampai bingung proyektor itu untuk apa. Tiba waktunya aku memberi keterangan kepada hakim. Aku memberi keterangan cerita awal pertama kali aku bekerja dan bertemu om Robert kepada hakim. Om Yuri dengan geliat mulutnya bicara menyudutkan diriku, memang sebagai pengacara dia merupakan senior dari Gilang. Jonathan akhirnya memberi kesaksian bahwa akulah yang mau membunuh om Robert dengan bukti botol racun di jasku. Yang memberatkan adalah aku langsung kabur setelah meracuni om Robert padahal aku lari karena memang bukan aku yang membunuh om Robert. Sidang berjalan tegang, para kerabat om Robert menyoraki sebagai pembunuh. Hakim mengetok palu agar yang hadir tenang, kalau tidak sidang akan ditunda. Mereka pun terdiam. Ini saatnya Gilang maju. ‘maaf yang mulia, jika memang saudara Elang yang mau membunuh om Robert, apakah sudah ada bukti sidik jari saudara Elang disitu’ tanya Gilang dengan rasa penasaran. ‘Baik, gimana saudara Jonathan dan pengacara ada tanggapan?’ tanya Hakim. Mereka berbisik - bisik satu sama lain sepertinya mereka mati kutu. ‘tidak yang mulia, belum kami bisa berikan karena tidak sempat, tapi kami akan buat bukti sidik jarinya’ jawab om Yuri dengan raut wajah tegang. ‘baik yang mulia saudara Elang sepertinya tidak bersalah kami punya bukti nya dan beberapa kesalahan Jonathan kami bisa perlihatkan’ Kilah Gilang. Gilang dan tim menyalakan proyektor dan laptonya.
Flashdisk yang menjadi bukti kejahatan Jonathan sudah di pasang. Terlihat dari CCTV hotel dimana aku menginap di Singapura, aku terkejut ternyata Gilang dan tim bekerja sangat profesional mereka mendapatkan rekaman CCTV itu dari pihak hotel. Selanjutnya terlihat dari CCTV Jonathan menghampiriku dan merapikan jas yang aku kenakan pada saat itu. Gilang lalu men-Zoom tangan Jonathan yang diam-diam memasukan botol racun ke jasku. Wajah Jonathan dan om Yuri terlihat pucat mereka tidak menyangka Gilang dan tim bekerja sangat rapi. Rekaman CCTV sudah dilihatkan, setelah itu terlihat email-email Jonathan kepada anggota Serigala Hitam untuk membunuh om Robert dan diriku, ternyata ini sebagian kerja Dinda, Dinda dengan pandainya membuka computer yang biasa di buka hari – hari oleh Jonathan tapi Jonathan lupa untuk mematikannya dan akhirnya Dinda menyusup masuk ruangan Jonathan. Ketakutan Jonathan semakin terlihat, om Yuri sudah tidak berkutik lagi. Sekarang bukti-bukti kecurangan keuangan yang dilakukan oleh Jonathan dipapakarkan di layar proyektor, betapa kagetnya dia sambil teriak ‘ini adalah fitnah yang dilakukan oleh Elang’. Jonathan menuduhku balik. Sidang ricuh kembali, para peserta sidang saling adu mulut ada yang pro dan kontra. Hakim mengetuk palu kembali. ‘Tenang semua atau saya batalkan sidang ini’ teriak Hakim dengan lantang.
Semua kembali duduk dan tenang, wartawan serius mengikuti sidang ini, mereka mencatat dan merekam setiap kejadian di sidang. Paparan yang diutarakan di persidangan terlihat kerugian keuangan yang di alami oleh perusahaan om Robert. Semua keputusan pembelian dan penjualan mobil atas nama Jonathan itupun terungkap satu-satu. Jonathan mulai salah tingkah, om Yuri kebingungan bolak balik berkas, Monica pucat pasi mungkin sudah tahu kekasih gelapnya akan di penjara. Dan inilah episode yang aku tunggu-tunggu kisah cinta terlarang antara Jonathan dan Monica, mereka kaget bukan main. Dimulai mereka jalan ke Mall dan restoran lalu berlanjut ke hotel.
Yang hadir semua geleng-geleng kepala, mereka hampir tidak percaya apa yang mereka lakukan. Kebohongan, kecurangan dan skandal semuanya terungkap. ‘baiklah yang mulia, semua yang dituduhkan dari saudara Jonathan ke klien saya saudara Elang tidaklah berdasar, mereka tidak mempunyai bukti-bukti konkrit seperti kami paparkan di layar dan yang hadir disini menjadi saksinya’ Gilang bicara dengan penuh percaya diri. Semua hadirin sidang riuh lagi, Jonathan, om Yuri dan Monica tentunya sudah tak berkutik lagi. Hakim mengetuk palu dengan sangat keras. ‘diam semuanya, saya yang memimpin di ruang sidang ini, hasil putusan sidang akan diputuskan pekan depan’ ujar hakim.
Mereka semua yang menuduhku berjalan dengan cepat meninggalkan ruang sidang. Para wartawan mengejar mereka. Gilang dan tim membuat perencanaan yang luar biasa. ‘saya sangat berterima kasih kepada mas Gilang dan tim, ini adalah momen yang sangat luar biasa’ pujiku ‘sama-sama mas Elang saya sebagai pengacara selalu bekerja profesional’ ujar Gilang. Keputusan sidang belum lagi ada, kami harus menunggu sampai pekan depan. Aku pun harus masuk sel tahanan sementara dulu sampai sidang pekan depan dilakukan. Babe Dut menyemangatiku ‘mas Elang, mas Elang pasti bebas kami mendukung mas Elang’. Aku mengangkat jempol ke babe Dut dan kawan-kawan. ‘Elang apapun yang terjadi aku yakin kamu akan bebas’ kata Dinda dengan penuh kasih sayang. Aku yang berjalan digiring dengan cepat oleh petugas hanya melontarkan senyum ke Dinda sambil berucap aku sayang kamu dari kejauhan. Wartawan memburuku banyak pertanyaan, tetapi aku belum mau menjawab.