“Bagaimana rupa ibuku, Dad? Apakah aku cantik seperti Mom?” Jema kecil penasaran.
Enam tahun telah berlalu sejak malam gerhana bulan merah. Namun, Hamish masih mengingat setiap kejadian malam itu seolah itu semua baru terjadi tadi malam.
Hamish tidak bisa melupakan bagaimana lolongan Gomda, Alpha wolf saat itu, terdengar nyaring memekikkan telinganya saat Gomda mengabarkan ke seluruh penjuru dunia bahwa bayi Elatha lahir di pemukiman mereka.
Lolongan serigala sahut menyahut diantara kelahiran bayi Elatha dan kematian Iara.
“Ibumu sangat cantik. Tentu tidak lebih cantik daripada kau sayangku.”
Hamish harus tersenyum meskipun dia menerima takdir yang tidak mudah.
“Kau bohong, Dad. Apakah dia mencintaiku? Atau apakah dia membenciku karena dia meninggal saat melahirkanku?”
Hamish ingat bahwa Iara berpesan disaat terakhirnya, untuk mencintai dan membesarkan Jema layaknya anak perempuan mereka.
Bahwa Jema adalah juga seorang manusia yang berhak bahagia. Dan bahwa keselamatan dan kebahagiaan Jema adalah yang terpenting bagi Iara.
“Jika ada yang membencimu, pastilah itu aku. Tapi bagaimana mungkin? Iara sangat mencintaimu. Aku tidak pernah melihatnya tersenyum secantik itu saat dia menggendongmu. Dia sangat bahagia meskipun itu hanya sesaat.”
Saat ini hatinya bergetar. Dia merasakan getaran yang sama seperti saat dia mendekap tubuh Iara yang sudah membujur kaku.
“Sayang, aku tau kau hidup dalam kesendirian. Mungkin kau merasakan orang-orang menatapmu dengan aneh. Anak-anak tidak berani bermain denganmu. Kau adalah manusia Elatha pemberian Dewa Eos yang sangat berharga bagi seluruh klan serigala di dunia.
Kau terlahir dengan tiga mantra Dewi Bulan tertulis di tubuhmu.” Hamish membelai lembut kedua pergelangan tangan Jema.
Tepat di dekat nadi, pada pergelangan tangan kiri tertulis mantra Dewi Selena dalam huruf Solar kuno. Di pergelangan tangan kanan tertulis mantra Dewi Artemis. Dan di leher Jema tertulis mantra dewi Hecate.
Tato-tato mantra itu menyimpan kekuatan para Dewi Bulan yang menjadi pelindung dan senjata manusia Elatha.
Namun tidak ada yang benar-benar tau kapan dan bagaimana mantra itu digunakan. Iara pergi meninggalkan Hamish dalam ketidaktahuan yang besar untuk membesarkan Jema.
“Intinya adalah, meskipun kau sering merasa kesepian terlebih saat bulan purnama tiba seperti ini, ingatlah bahwa Ibumu sangat mencintaimu. Kau punya tiga dewi bulan untuk menemanimu. Dan Eos memberkatimu. Dan tentu saja ayahmu sangat mencintaimu.”
Duk.. Duk.. Duk..
Terdengar suara gaduh di atap rumah Hamish.
Tiba-tiba, “Jema, bisakah kau membantuku?”
Seketika itu Jema menuju jendela kamarnya. Dia mengeluarkan setengah badannya dan mendongak ke atas. Dilihatnya Archie sedang berjongkok di atap dan bajunya tersangkut dahan pohon.
“Archie, apa yang kau lakukan?” Jema terkekeh sambil mengambil bungkusan makanan dari tangan Archie.
“Hi Hamish.” Archie segera masuk ke kamar Jema melalui jendela setelah lepas dari jeratan dahan pohon.
“Kau baru saja merusak momen berharga seorang ayah dan anak perempuannya.” Kata Hamish kesal.
Archie tertawa, “Ayolah, aku adalah pelengkap momen kalian. Bahkan aku membawakan popcorn. Jema, buka dan cobalah!”
Jema membuka bungkusan yang dibawa Archie dengan antusias. Caramel Popcorn. “Oh, ini enak sekali! Dari mana kau mendapatkannya?” tanya Jema.
“Atau mencurinya,” sahut Hamish.
Dengan bangga Archie terus mengoceh tentang bagaimana dia susah payah mengambil popcorn itu, dan membawanya ke kamar Jema.