Elatha

MAW
Chapter #5

Sahabat Jadi Cinta

“Jema, berpeganglah yang erat!” 

Jema merapatkan tangannya memeluk tubuh Archie dari belakang. Dia menutup matanya dengan gugup. 

“Yeah! Ini akan sangat menyenangkan!” Archie berseru diiringi deru suara motor trail-nya. 

“Kemana kita akan pergi?” tanya Jema setengah berteriak.

“Ke tempat terbaik untuk melihat bulan purnama!” 

Archie membawa Jema keluar dari wilayah konservasi menuju kota. Pada malam yang indah seperti ini orang-orang kota keluar dari rumah mereka dan berpesta di jalanan. 

Percampuran budaya Eropa dan Asia membuat keunikan budaya dan seni yang tidak dimiliki manusia dari belahan dunia lainnya. 

Archie menghentikan motornya di area parkir jembatan kota. Bulan purnama memancarkan sinar peraknya menembus air sungai yang jernih. 

“Archie ini indah sekali.”

Waktu sudah menjelang dini hari tapi kota masih ramai. Bulan purnama juga sudah menjauh. Jema tak bisa berhenti melihat orang-orang kota yang baginya, unik. Mereka berdandan seperti alien. Seperti bukan berasal dari bumi yang ditempatinya. 

“Orang-orang peradaban modern ini tidak mengenal kutukan Eos karena mereka tidak memuja Dewa Matahari.” Kata Archie. 

“Kepada siapa mereka berdoa?” 

“Tetap saja, Tuhan. Ada yang menyembah satu Tuhan, tiga Tuhan. Mereka punya malaikat dan nabi. Well, sebenarnya lebih rumit.” jawab Archie terkekeh. 

Jema memperhatikan banyak orang-orang yang tersenyum sambil melihat telepon genggam. 

“Apa yang mereka lakukan?” Jema menunjuk sepasang kekasih.

“Oh, mereka berswafoto. Kau mau?” Archie segera mengeluarkan telepon genggam nya. 

Archie merangkul pundak Jema dan bersiap melakukan selfie. Jema merasa sedikit canggung.

Cekrek…

“Sial! Apa yang terjadi?” Archie membolak-balik telepon genggamnya yang tiba-tiba mati. 

Jema tersenyum geli. “Itu bukan salah telepon genggammu,” katanya. 

“Apa maksudmu?” Archie masih tak mengerti. 

Kamera tidak bisa menangkap wajahku. Kalau memang bisa, ayahku pasti sudah memajang banyak fotoku di rumah. 

“Sungguh menyebalkan! Kita jadi tidak punya kenang-kenangan,” keluh Archie.

Jema tertawa. Matanya tertuju pada bulan purnama yang tampak lebih jauh. Tidak seperti ketika ia melihat dari jendela kamarnya.

“Bulan purnama disini lebih indah. Tak kusangka sesuatu yang dinikmati dari kejauhan juga bisa sebegini indahnya,” gumam Jema. 

Mereka duduk di bangku kayu, Archie meletakkan minuman dan makanan di atas meja kayu diantara mereka. 

Orang-orang menempati bangku dan meja kayu berbaris di sepanjang pinggir jembatan, membuat suasana disini menjadi romantis. 

Archie menyingkirkan lilin di meja dan membuka makananya. 

“Kau harus mencoba semua makanan ini.” Tangan Archie sibuk menata segala jenis camilan jalanan. 

Beberapa gadis melewati meja mereka dan melirik Archie dengan tatapan menggoda. 

“Oh. Apa mereka sedang menggodamu?” bisik Jema. 

“Entahlah. Mereka tampak tua” seloroh Archie. 

“Mereka lebih pintar menyeringai dari serigala,” Jema terkekeh. 

Archie menjelaskan kehidupan kota yang banyak ragamnya. Dia membuat lelucon tentang kebiasan-kebiasan orang kota. Membandingkan dengan kampung mereka yang kuno dan mungil.

Lihat selengkapnya