ELBE'S LOVE STORY

Maria Ispri
Chapter #7

BAB 6

Malam menjelang. Nina duduk di atas ranjangnya di dalam kamar kos-kosan yang berukuran 3x3. Kamar itu memiliki dua ranjang yang saling berseberangan, sebuah lemari kayu dan dua rak pendek tempat segala macam kosmetik dan benda-benda milik mereka. Nina sekamar dengan Suci di kamar yang sederhana berdinding kusam. Sebenarnya mereka tidak hanya tinggal berdua saja, tapi dengan banyak anak-anak kos yang lain mengontrak jadi satu rumah. Mereka menamakan kontrakan mereka Al Husna.

Tuuut! Tuuut!

Suara gawai Nina melakukan panggilan kepada ibunya di Yogyakarta.

"Assalamua'alaikum," sapa Nina saat panggilannya tersambung.

"Wa'alaikumsalam. Hehehehe...," terdengar suara tawa ibu Nina.

Nina menatap gawainya heran. Ada apa tho Ibu langsung ketawa? pikir Nina.

"Akhirnya kamu yang telepon duluan. Seneng ya bikin pusing bapak sama ibumu?" tanya ibu Nina, "aku taruhan sama bapakmu, kira-kira Nina bakalan telepon gak ya. Ibu menang," lanjut ibu Nina yang membuat Nina juga langsung tertawa.

"Kamu pasti penasaran, kenapa kok kami gak panik cari kamu?" tebak ibu Nina.

Nina merasa tebakan ibunya benar.

"Inggih sepuntene,"* ucap Nina dengan nada merendah.

"Kamu ... sebenarnya juga gak salah kok, Nduk. Kami yang terlalu berharap. Seharusnya memang Ayu yang menikah sama Lintang, bukan kamu. Tapi...orang tua Lintang sore itu memang datang ke rumah. Kami sudah membicarakan semuanya dan hasilnya ...," ucap Ibu Nina menggantung.

Dalam hati Nina berharap perjodohan itu dibatalkan dan Nina bisa bebas.

"Mereka tak keberatan jika kamu yang menggantikan menikah sama Lintang," lanjut ibu Nina.

Deg! Hati Nina kecewa sampai tak bisa berkata-kata.

"Nduk, kami sudah tua. Kami minta sekali ini saja penuhi permintaan kami. Lagipula ini kan wasiat kakekmu sebelum meninggal. Tabu jika tak dipenuhi. Mengenai kakakmu nanti kami cari solusinya agar kembali ke Indonesia. Yang penting sekarang agar keluarga Pramodya tak kecewa dengan keluarga kita. Mereka keluarga yang memegang prinsip. Ibu harap kamu bisa memahami hal ini," terang ibunya.

Nina diam sesaat.

"Apa Bapak Ibu pernah memahami Nina? Bapak Ibu apa pernah menanyakan Nina setuju apa tidak?" tanya Nina mencurahkan uneg-uneg* yang ada dalam hatinya.

Kesunyian menyela, tak ada jawaban di seberang panggilan.

"Halo, Bu...," panggil Nina.

"Maafkan kami," ucap ibu Nina.

"Baiklah begini saja. Sebentar lagi Nina liburan semester selama dua bulan. Biar Nina jemput Mbak. Bagaimana pun juga dia harus tanggung jawab, bukan Nina. Jika Nina berhasil, maka Mbak Ayu yang akan tetap menikah dengan Lintang. Jika Nina tak berhasil membawa Mbak Ayu pulang, Nina yang akan menikah dengan Lintang," ucap Nina.

"Kamu memang anak yang baik. Seperti itu saja," ucap Ibu Nina.

Dalam hati Nina tetap berharap Ayu mau pulang. Sebenarnya Nina juga kesal harus membuat taruhan seperti itu dengan orang tuanya, tapi mengingat tentang bakti terhadap orang tua, Nina merasa tak tega jika menyakiti orang yang telah melahirkan dan membesarkannya.

"Sudah makan?" tanya ibunya

"Dereng,"* jawab Nina yang belum makan malam.

Sebuah panggilan masuk. Nomor asing.

"Bu, ada panggilan telepon yang lain. Kututup dulu ya," ucap Nina.

"Ya sudah," ucap ibunya.

"Inggih. Assalamu'alaikum," ucap Nina.

"Wa'alaikumsalam," jawab ibunya.

Panggilan yang lain berhenti saat Nina memutus panggilan dengan ibunya. Nina mengerutkan dahi. Kode nomor teleponnya sepertinya bukan panggilan dalam negeri. Sepertinya dari luar, apa Mbak Ayu ya? batin Nina.

Pintu kamar terbuka. Suci masuk ke dalam kamar sambil membawa kantong plastik yang berisi makan malam mereka.

"Ada apa, Nin?" tanya Suci melihat Nina tercenung sambil melihat gawainya.

"Barusan telepon sama ibu di Yogya. Terus ada nomor asing masuk tapi diputus," jelas Nina.

"Makan yuk," ajak Suci lalu mengambil piring plastik dari rak.

Nina turun dari ranjang. Mereka duduk berhadapan di atas tikar karet. Makan malam mereka kali ini hanya sebungkus nasi lalapan ayam.

"Nin, kenapa kamu menolak perjodohan itu?" tanya Suci penasaran.

"Aku masih pingin nerusin kuliah dulu. Lagipula aku ...," ucap Nina terputus.

Lihat selengkapnya