Sehari sebelum Nina dan Lintang bertemu di studio tari. Pak Pramodya sedang melakukan panggilan telepon kepada Pak Mertodimedjo.
"Halo assalamu'alaikum, Di Mas," sapa pak Pramodya pada Pak Merto setelah panggilan itu tersambung.
"Wa'alaikumsalam inggih, Kang Mas," jawab Pak Merto.
"Gimana ini. Si Lintang berkeras juga gak mau nikah. Seminggu lagi dia mau balik ke Jerman. Di Mas punya solusi. Judeg pikiranku," keluh Pak Pramodya.
Pak Merto diam berpikir.
"Kebetulan saya suruh si Nina cari kakaknya ke Jerman, tapi nanti pas liburan semester dua minggu lagi," terang Pak Merto.
"Nah, bagaimana kalau Nina kita suruh berangkat secepatnya bersama Lintang saja ke Jerman cari si Ayu. Toh Nina kan belum tahu Jerman, siapa tahu Lintang berkenan menemani Nina di sana,"saran Pak Pramodya sambil tersenyum.
"Ide bagus tapi apa mau Nina sama Lintang berangkat sama-sama?" tanya Pak Merto.
"Itu urusanku. Terima beres si Nina, yang penting mereka bisa berdua," ucap Pak Pramodya sambil tertawa kecil.
"Inggih leres...leres...,"* ucap Pak Merto membenarkan sambil tertawa merasa ide Pak Pramodya cukup jitu.
Kedua ayah itu sepakat membuat Nina dan Lintang dekat dengan cara mereka. Pak Merto menghubungi sebuah nomor lain setelah berbicara dengan ayah Lintang. Tertera di gawai nama Puguh.
"Halo Guh," sapa Pak Merto.
"Inggih, Pak," jawab Puguh Lalu mereka membicarakan sesuatu yang sangat rahasia.
***
Gending selesai, Puguh pun berhenti menari bersama pasangannya. Para mahasiswa mulai bergerak belajar menari. Puguh melihat kedatangan kedua tamunya langsung tersenyum.
"Nina!" sapa Puguh.
Nina tersenyum sambil melambaikan tangannya. Puguh berjalan ke arah Nina sambil mengelap wajahnya yang keringatan. Sosoknya tampan, badannya berotot, kulitnya sawo matang dan senyumnya menawan. Tak salah jika sosok itu jadi idola banyak mahasiswanya, tapi bagi Nina sosok seperti itu dianggap biasa, tak ada yang istimewa. Raga tampan dan cantik hanya titipan Allah, jika sudah tua akan layu, jika sudah masuk kubur hanya akan membusuk dimakan binatang pengurai, tak tersisa.
"Cari aku?" tanya Puguh mantan pacar Ayu.
"Iya," jawab Nina.
"Pasti cari alamat si Ayu?" tebak Puguh menyela jawaban Nina.
Nina mengangguk. Puguh menatap sosok yang sedang berdiri di samping Nina.
"Siapa?" tanya Puguh ke Nina.
"Kenalkan, saya Lintang," jawab Lintang tegas sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"Oh, calon suami si Ayu tho," ucap Puguh.
Lintang mengangguk. Puguh mencebik seakan meremehkan Lintang.