Electronic Engineer in a Fantasy World-幻想世界の電子工学者: adventure in a new world (series 1) novel edison

Pikri YAnor
Chapter #3

Kota Tiga Tembok dan Rantai Lautan

Gelombang menggulung tinggi, seolah hendak menelan kapal kayu yang membawa Kaito dan Thane. Angin malam mencambuk tiang layar, dan suara kayu yang berderak bersaing dengan gemuruh langit.

"Ini bukan badai biasa," gumam Thane, menatap ke arah horizon yang menghitam.

"Kau yakin ini hanya badai, bukan... sesuatu yang lain?" tanya Kaito, berusaha menjaga keseimbangan di atas dek yang licin.

Thane menepuk sebuah liontin hijau yang tergantung di lehernya. “Selama jimat ini bersamaku, kita akan selamat. Tapi mungkin... roh laut tak senang kita melewati jalur ini.”

“Roh laut?” Kaito meneguk ludah. “Apa ini seperti roh pelindung yang menyerang desa Eilra kemarin?”

“Kurang lebih. Tapi ini jauh lebih tua, lebih purba. Ratu Roh Laut tidak bisa didekati begitu saja. Bahkan jimatku tidak akan bisa menyelamatkan kita jika kita menyimpang ke Tanjung Ganding Kematian.”

Kaito menarik nafas dalam. Ia baru saja mulai mengerti dunia ini, dan sekarang harus menghadapi laut yang menyimpan roh pemarah.

“Tanjung Ganding Kematian?” tanyanya pelan.

Thane mengangguk. “Itu rute pelayaran lama. Tapi sekarang semua kapal menjauhinya. Ratu Roh Laut tinggal di sana—makhluk yang bahkan petualang peringkat S tidak akan berani menantang.”

Kaito memandangi horizon, hujan mulai reda. “Dan itulah sebabnya kota Svara Arx tumbuh menjadi pelabuhan besar, ya?”

Thane tersenyum samar. “Benar. Awalnya hanya desa nelayan. Tapi karena rute lama terlalu berbahaya, semua kapal mulai memutar jalur ke sini. Dan perlahan, Svara Arx menjadi jalur utama maritim dunia.”

Selama dua hari berikutnya, perjalanan berjalan lebih tenang. Laut menjadi tenang seperti kaca, dan angin membawa aroma asin khas pelabuhan yang makin mendekat.

Pada pagi hari kedua, Kaito melihat sesuatu yang tak biasa—rantai besar membentang di atas selat sempit.

“Itu Selat Artkasat,” jelas Thane sambil melambaikan tangan tinggi-tinggi ke arah menara penjaga dinding laut.

Dari kejauhan, terlihat sosok di atas menara itu mengangkat teropong dan melihat ke arah mereka.

Tak lama kemudian, rantai yang melintang itu mulai bergerak perlahan, membuka jalur masuk ke pelabuhan kota Svara Arx.

Kaito terpukau melihat mekanisme rantai besar itu. “Mereka benar-benar menjaga kota ini dengan ketat.”

“Ini kota utama kelompok utara,” sahut Thane. “Dulunya berada di Aldonia, tapi karena lokasi yang rawan, ibukota dipindahkan ke sini.”

Terlihat patung kedamaian yang sedang mengangkat tangan dan memegang buku yang berada dipulau tengah tengah Selat.

Kapal kecil mereka akhirnya masuk ke dalam pelabuhan yang sibuk, tempat ratusan kapal besar dan kecil saling bersandar. Bau ikan asin, kayu basah, dan logam memenuhi udara.

Namun saat mereka tengah bersiap turun, terdengar suara pelan dari bawah tumpukan tong kosong di pojok kapal.

Lihat selengkapnya