Electronic Engineer in a Fantasy World-幻想世界の電子工学者: adventure in a new world (series 1) novel edison

Pikri YAnor
Chapter #5

Festival Inovasi dan Cahaya Masa Lalu

Pagi yang cerah menyelimuti kota Svara Arx. Udara laut yang sejuk menerpa jendela penginapan 'Bulan dan Laut'. Kaito, dengan kertas desain di tangannya, tengah duduk di ruang makan penginapan, ditemani oleh Aria yang sedang menikmati secangkir teh herbal.

"Festival Inovasi akan berlangsung dalam seminggu," ucap Kaito. "Aku ingin mengganti semua lentera minyak di kota ini menjadi lampu listrik."

Aria mengangguk, matanya berbinar. "Lampu yang tak perlu api? Itu akan mengubah malam kota ini sepenuhnya."

Thane, yang baru saja turun dari lantai atas, ikut duduk dan menambahkan, "Kau juga ingin menunjukkan kereta kudamu tanpa kuda, ya?"

"Ya. Mobil," jawab Kaito singkat. "Tapi aku kekurangan bahan penting... kristal energi."

Kaito pun mengeluarkan serpihan kristal kecil berwarna biru lembut dari sakunya. "Ini aku temukan di hutan desa Eilra dulu. Kristal ini memancarkan energi yang luar biasa, mirip seperti baterai."

Thane mengangguk pelan. "Kalau begitu, kita harus mencarinya lagi. Hutan di luar utara kota mungkin punya. Tapi sebelumnya, kau harus buat laporan ke Serikat."

Mereka bertiga bergegas ke kantor Serikat Petualang dan Pedagang. Gedungnya megah dengan pilar batu dan lambang Svara Arx terukir di atas pintunya. Di dalam, suasana sibuk seperti biasa: pedagang sibuk menyusun kargo, dan petualang mengantri untuk mendaftar misi.

Namun, saat mereka akan masuk ruang pelaporan, mereka bertemu dengan sekelompok petualang lain. Wajah-wajah yang familiar bagi Thane.

"Thane?" ucap salah satu dari mereka dengan nada sinis. "Lihat siapa yang kembali dari liang kubur."

"Dari pengasingan di desa Eilra dulu." Lanjut salah satu dari mereka.

Bola mata Thane bergetar dan terlihat kelopak matanya yang menghitam. Ia mengenal mereka. Itu adalah rekan party lamanya: Rukel, Gerva, dan Miriya. Dan ketua kelompoknya dulu, Orvind.

"Masih berani menampakkan wajah setelah membunuh Ralf?" kata Rukel sambil mendekat.

"Cukup!" bentak Aria, melangkah maju.

Tapi Gerva malah tertawa. "Dasar pembunuh... dasar pembunuh..."

"Dasar pembunuh," kata Miriya, ikut-ikutan. Suara mereka menggema seperti mantra kutukan.

Lihat selengkapnya