Elegi Asa di Langit Granada

Halifa Zari
Chapter #1

Prolog

“Lembayung berseri.

Dengan sombong pamerkan kecantikan diri.

Curi perhatian sana-sini.

Buat mereka menatap iri.”


“Salah paham lagi.

Tidak begitu, wahai Bestari.

Aku hanya ingin meraki,

Untuk dia yang hampir harakiri.”


“Biarkan saja dia pergi.

Biar dia paham cara mencintai.

Salah sendiri tak mau mengerti.

Lalai tak pandai menjaga nadi.”



“Bencana 'kan datang lagi.

Jadi jangan begitu, wahai Bestari.

Biarlah paham cinta itu diberi,

Oleh Dia Yang Maha Tinggi.”


Aku menyandarkan punggung ke belakang, merasakan empuknya bantal yang kutaruh menempel pada sandaran ranjang. Layar ponselku tetap menyala, menampilkan empat bait puisi yang baru saja aku tulis. Genggamanku pada benda persegi panjang ini mengerat, dengan kedua ibu jari yang sibuk memencet tombol-tombol keyboard ponsel.

Namun, setelah memandanginya selama beberapa detik, kuputuskan untuk menghapus kalimat yang baru saja kutambahkan.

“Hmmm ...,” gumamku sembari mengernyitkan dahi, “... kayaknya segini udah pas, deh.”

Aku menaruh ponsel dengan layar yang masih menyala di atas nakas sebelah ranjang. Kembali menyandarkan punggung pegalku ke bantal, kali ini sambil memandangi seisi ruangan. Di dalam kamar bercat putih ini hanya ada aku. Aku sendiri. Di ruangan asing ini. Di kota asing ini. Di negeri asing ini.

Albaicín, Granada, Spanyol.

Di sinilah aku berada sekarang. Jauh, jauh sekali dari tempatku tinggal. Aku meninggalkan Bekasi, kota kelahiranku dengan segala kenyamanan suasana rumah di sana, menuju negeri asing ini bukan tanpa alasan.

Aku butuh inspirasi.

Iya, aku kemari untuk mencari inspirasi, tepatnya inspirasi untuk kumpulan puisi yang sedang aku tulis.

Jangan sebut aku gila, sebab rela menempuh perjalanan jauh hanya karena sebuah inspirasi. Inspirasi tidak boleh disebut “hanya”, begitu pun karya yang dihasilkannya. Dua hal itu amat berharga bagiku. Mereka adalah nyawaku. Alasan mengapa aku masih dapat hidup hingga detik ini.

Namun, aku punya tujuan lain yang mengantarkanku menuju negeri nun jauh ini. Aku datang ke sini untuk ...,

Lihat selengkapnya