Semua diawali dari nasehat dokter di rumah sakit. “Ibu harus tinggal di lingkungan yang bersih. Jauhi minuman beralkohol, kalau mau penyakit Hepatitis Ibu ini tidak berkembang menjadi semakin parah. Apalagi kalau sampai liver Ibu rusak.”
Kepada dokter ibunya bisa bicara semua hal yang menjadi beban dihatinya. Ibunya mengira semua dokter bisa diajak berkonsultasi. Disitu kadang Inggrid merasa malu, karena ibunya malah mengakui bagaimana dia bisa minum-minuman keras dan hidupnya benar-benar tidak sehat.
Dokter juga dengan geram mengatakan, “Demi Tuhan, berhentilah melacur!”
Dari nasehat dokter itu Inggrid memutuskan untuk menjauhkan ibunya dari dunia yang selama ini memberi mereka hidup. Dunia prostitusi. Alasan lainnya adalah hutang yang sudah menumpuk pada para Boss yang menguasai blok-blok pelacuran itu. Dengan tekanan yang begitu besar itu Inggrid memutuskan untuk masuk dalam dunia itu. Dunia yang selama ini ibunya ajarkan untuk jangan pernah masuk, karena sejak dia terjerumus, hanya sebentar saja ibunya berhenti, yaitu ketika menikah. Ketika pernikahannya kandas, dan biaya hidup kembali menjadi tanggung jawabnya, dia kembali terjerumus dan tak pernah bisa kembali.
***
Asrofi menggebrak meja dengan sangat marah. “Jangan coba-coba lakukan ini!”
Inggrid sampai terkejut melihat pamannya semarah itu. “Tapi kita tidak punya jalan lain paman. Ini satu-satunya cara kita untuk punya uang.
Asrofi menoleh pada Seruni, istrinya yang dulunya adalah pelacur. “Tolong kasih tau dia. Tolong.” Asrofi sampai menitikkan air mata.
Seruni memandang Inggrid dengan kasihan. “Nak, kurasa aku tak perlu memberi tahu kamu soal pekerjaan ini. Ini bukan pekerjaan yang baik. Mungkin lebih baik kalau kamu melamar pekerjaan yang baik.”
“Aku tahu Bi, tapi dengan ijazah SMA, dan nilai pas-pasan. Aku bisa dapat kerja apa?”