Seruni mendandani Inggrid. Inggrid tidak punya pakaian yang seksi untuk dipakai. Dia sudah menyiapkan pakaian yang dulu pernah dia pakai untuk dipakai Inggrid. Satu-satunya yang masih bagus dipakai dan pasti akan seksi di tubuh Inggrid. Bodycon dress.
Wow. Seruni mengagumi tubuh Inggrid. Dia tidak pernah terlihat seseksi itu ketika mengenakan pakaian itu sampai Asrofi melarangnya untuk pakai pakaian itu. Dia tidak membuangnya. Dia masih menyimpan pakaian itu, dan ternyata benar. Ada waktunya pakaian itu digunakan sekali lagi.
“Kamu yakin mau terus?” tanya Seruni.
“Ya.” Inggrid menjawab dengan tegas, walau dalam hatinya dia ingin menangis.
“Bibi cuma mau ingatkan sama kamu, kali ini tujuan kamu untuk bayar hutang ibu kamu. Tapi nanti kamu akan berpikir untuk bisa dapat uang untuk yang lain lagi. Bayar kontrakan. Pingin beli baju, bedak, lipstik, dan banyak lagi.”
Inggrid hanya diam.
“Perawan kamu ini hanya bisa laku sekali dengan harga bagus. Setelah itu kamu akan sama kayak perempuan-perempuan yang mangkal di situ.”
“Cuma sekali ini aja Bi…” kata Inggrid, “setelah ini udah gak lagi-lagi. Buat bayar hutang dan biaya pindah kontrakan ke tempat yang lebih bersih. Sekalian uangnya nanti bisa buat nyogok kerja di pabrik udang. Disana katanya gajinya bagus.”
Seruni merasa sedih mendengarnya. Dia tidak yakin setelah ini Inggrid akan seperti yang dia katakan. Dia justru lebih yakin Inggrid akan merasa mencari uang sangat gampang. Hanya butuh dua menit buka baju, dan langsung dapat uang.
Asrofi datang dan terkejut dengan penampilan Inggrid yang berubah drastis. Inggrid tampak sangat cantik dan seksi. Dia ereksi.
Dia mengenali pakaian itu. Itu pakaian istrinya. Yang Inggrid pakai dan itu adalah miliknya sendiri adalah sepatu. Itu adalah sepatu sekolahnya, yang sudah lama dia tidak pakai.
Inggrid memeluknya dan menangis.
“Hei, kamu jangan menangis lagi. Nanti make up kamu luntur.” Kata Seruni.
“Kamu siap?”
Inggrid mengusap pipinya yang basah. “Ya, Paman.”
“Ok, kamu jangan jauh-jauh dari Paman.”
***