ELEGI CINTA SANG PENDOSA

Ronie Mardianto
Chapter #1

PROLOG - Kenyataan

Inggrid sangat yakin dengan lelaki yang ada dihadapannya. Sambil tersenyum jemarinya meraih tangan lelaki itu, mengangkatnya lalu mengecupnya. Si lelaki terlihat begitu bahagia. Dia ingin sekali meloncat-loncat disana, tapi tentu saja dia tidak akan melakukannya, setidaknya tidak disana. Kemudian tangan Inggrid menariknya. Dia mengikuti saja langkah Inggrid sampai di depan pintu apartemen Inggrid.

Dari

dalam terdengar suara gaduh, dan Inggrid terlihat khawatir. “ehm Rio, aku rasa

sedang ada masalah disini.”

“Sepertinya

begitu.” Rio pun mengangguk.

“Mungkin,

lain hari?” Inggrid menatapnya dengan serius.

“Ok,

lain hari.”

“Aku

akan masuk, dan kamu akan pulang.”

“Ya.”

Inggrid

berdiri diam menatap Rio dan masih mendengar sayup-sayup suara ibunya

berteriak-teriak memaki pamannya. Jantungnya mulai berdetak lebih kencang.

Dengan genggaman kuat dia memegang gagang pintu dan mendorongnya. Tidak

dikunci.

Ketika

pintu terbuka semua berhenti saling berteriak. Ibunya yang sedang mengangkat

tangannya tinggi-tinggi untuk menampar pamannya seketika berhenti. Bibinya

hanya duduk menangis, tanpa melakukan apapun. Dengan air mata berderai ibunya

menghampirinya. Inggrid begitu terkejut melihat ibunya seperti itu.

Melihat

ibunya menangis adalah sebuah siksaan untuknya. Ibunya mendongak menatapnya

dengan air mata yang tumpah, kedua tangannya menggapai kepalanya, dan jari-jari

itu menyentuh pipi Inggrid yang seketika itu juga basah dengan air mata.

“Maafkan

ibumu nak?” Suara ibunya sudah terdengar serak.

Kalimat

itu seperti petir yang menyambar bagi Inggrid. Apakah ibu sudah tahu?

Dipandanginya

satu persatu paman dan bibinya yang menatapnya dengan pandangan memelas. Mereka

lebih seperti minta dikasihani dari pada mengasihani dirinya.

“Anakku

sayang…” tangisnya semakin menyayat.

Inggrid

Lihat selengkapnya