Seruni merasa malu telah berkali-kali mengatakan perut Marlina yang membesar adalah karena santet. Karena ada orang yang tidak menyukainya. Ternyata semua salah. Marlina sakit Sirosis Hati. Penyakit yang menyebabkan perutnya membesar akibat kebanyakan cairan di perutnya.
Teman-temannya dari lokalisasi silih berganti setiap harinya menjenguk Marlina. Dia sudah menyampaikan kepada setiap temannya yang datang agar tidak mebahas apapun yang berhubungan dengan lokalisasi.
“Aku datang ke rumah kamu Marlina tapi, ternyata kamu sudah pindah.”
Seruni yang menunggui Marlina menepuk kepalanya. Dia lupa untuk tidak membahas itu.
Marlina keheranan, tapi Seruni menjelaskan. “Seharusnya ini jadi kejutan untukmu Marlina. Setelah pulang dari rumah sakit, kamu akan pulang ke rumah baru. Tapi ya sudahlah, setidaknya kamu belum lihat rumahmu yang sekarang kan. Jadi berpura-puralah terkejut saat anakmu membawamu kesana.”
“Aku jadi pingin cepat lihat rumah baruku itu seperti apa.”
“Tunggu sampai perutmu kempes.”
***
Saat Marlina diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Inggrid sedang ada pemotretan di fitness center dengan balutan pakaian olahraga dari rumah mode. Inggrid hanya bisa berkomunikasi dengan video call lewat Hp Seruni yang baru. Marlina terkejut. Dia tidak menyangka rumah baru yang dimaksud adalah sebuah apartemen dengan AC yang dingin. Dia belum terbiasa. Walau memiliki dua kamar tapi sebenarnya ruangannya masih sempit. Apapun itu dia tetap suka, karena ini adalah upaya Inggrid yang sangat keras untuk menjauhkan dirinya dari lokalisasi.
Apartemen ini cukup tinggi tempatnya. Hampir menempati lantai paling atas, tapi katanya lantai atas adalah lantai paling mahal dengan fasilitas yang jauh lebih bagus. Diluar daripada semua itu, apartemen ini sangat bersih, dan Marlina suka suasana tenangnya.
Ketika Inggrid pulang, Marlina langsung memeluknya dengan erat. “Terima kasih anakku sayang.”
Inggrid menciuminya. “Ibu suka?”
“Suka sekali.”