Pagi hari sebelum Inggrid keluar dari apartemen untuk rutinitasnya, Marlina bersama Seruni sudah menyiapkan makanan di meja makan. Keduanya sangat senang bisa masak di dapur apartemennya yang terlihat rapi dan bersih. Seruni memandang Marlina dengan kasihan. Yang Marlina tahu anaknya bekerja sebagai seorang model. Model seperti apa dia juga tidak tahu. Seruni takut suatu hari nanti Marlina tahu pekerjaan lain Inggrid.
Selepas sarapan bersama Inggrid bergegas pergi bersama Asrofi. “Apa ada jadwalku hari ini Paman?”
“Sebenarnya ada jadwal foto dan video di studio. Tapi ini ada tamu yang minta main cepat. Dia ada di hotel dekat sini.”
“Dia sudah sewa hotel?”
“Katanya dia ada pertemuan bisnis semalam, dan dia sudah tak punya kegiatan pagi ini. Dia butuh hiburan.”
“Ok, kita ambil.”
“Kalau kamu bisa cepat selesaikan dia, kita gak akan telat ke studio.”
“Ok.”
“Tapi dia mau lihat kamu didepan pintu hotelnya. Lalau dia akan transfer kalau dia suka.”
“Ok, Paman. Kita kesana.”
Asrofi mengantar Inggrid dengan sepeda motor ke hotel. Dia berjalan menuju kamar orang yang memesan jasa pemuas cepat itu. Tak butuh lama untuk membuatnya langsung tertarik dan mentransfer uang ke rekening Asrofi.
Hanya dalam lima belas menit Inggrid sudah berjalan menuju lobby dan menemui Asrofi disana. Inggrid tersenyum senang, tapi tidak dengan Asrofi. Dia tak bisa tersenyum melihat keponakannya seperti itu walau dia mendapat jatah dua puluh persen, diam adalah yang terbaik.
“Kita ke studio sekarang.” Kata Asrofi.
***
Ketika berjalan menuju studio, Tiba-tiba saja Inggrid sudah dihadang oleh Yori dengan bunga ditangannya. Inggrid terkejut melihatnya. Dia memandang ke arah Asrofi yang diam saja.
“Hai Inggrid.”