Elfchen

Mayda Alana
Chapter #3

Bait 3 - Keberanian

***

Sejak kecil, Riani adalah seorang yang peragu. Setiap kali ada hal baru yang menarik perhatiannya, Riani terlalu takut untuk sekedar mencoba. Satu-satunya kesukaan yang masih dipertahankannya adalah membaca. Sekedar membaca tidak membuat Riani takut. Malahan sebaliknya. Riani merasa hal-hal yang dibacanya memberikan keberanian. Inspirasi dan motivasi untuk memulai sesuatu.

Waktu Riani kelas dua SD, keluarga Riani berlangganan majalah anak. Rena dan Riani suka membacanya bersama-sama. Rena menyukai komik pendek, sementara Riani lebih suka rubrik puisi. Bagi Riani waktu itu, keren sekali anak-anak seumurannya yang menulis puisi dan dimuat di majalah. Riani ingin seperti mereka. Waktu kelas empat SD, Riani membeli sebuah buku tulis, kemudian mencoba menulis puisinya sendiri. Tidak ada satu pun puisi tulisannya yang pernah dia tunjukkan ke orang lain, bahkan ke orang tuanya sendiri. Semuanya disimpannya sendiri hingga hari ini.

Waktu Riani kelas enam SD, majalah anak tersebut berhenti terbit. Otomatis keluarga mereka berhenti berlangganan. Sebagai ganti langganan majalah anak, Rena mulai mengoleksi komik, sementara Riani pindah ke sosial media. Di media sosial, banyak akun yang menulis quote-quote. Sekali lagi, apa yang dibaca Riani di media sosial tidak hanya memberikan keberanian dalam menghadapi hari-harinya, tetapi juga memberikan inspirasi dan motivasi. Sama seperti rubrik puisi di majalah yang dulu dibacanya.

Jika dulu puisi di majalah membuatnya ingin menulis puisinya sendiri, quote-quote di media sosial – meskipun isi pesannya memotivasi – membuat Riani merasa terintimidasi. Riani tidak yakin dirinya bisa menulis sebaik penulis-penulis di internet. Di internet, satu postingan quote puitis-motivasional bisa dapat lebih dari seribu like. Riani tidak tahu, tetapi merasa yakin, bahwa puisi-puisi di majalah anak yang disukainya itu tidak akan mendapatkan hingga seratus like apabila diposting di internet. Dan Riani merasa kualitas tulisannya lebih payah dibandingkan puisi di majalah anak. Riani kadang-kadang masih menulis puisi, tapi seiring berjalannya waktu, semakin banyak quote yang dia baca di media sosial, semakin enggan Riani menunjukkan tulisannya ke orang lain. Tapi Riani masih merasa butuh disemangati lewat quote-quote di media sosial. Akhirnya, Riani menyimpan dan mengoleksi quote-quote yang menurutnya paling memotivasi.

Awalnya Riani hanya menulis kembali quote-quote yang dibacanya di media sosial di sebuah buku tulis, buku yang berbeda dari buku menulis puisinya. Setelah bukunya penuh, Riani menulis di sticky notes dan ditempelkan di dinding kamarnya. Alasannya, supaya saat bangun tidur Riani langsung termotivasi untuk menaklukkan hari-harinya. Setelah diomeli mamanya karena menurut mama Riani membuat kamarnya tampak kumuh dengan tempelan-tempelan sticky notes, Riani mengubah modus operandinya. Riani menyimpan quote yang menurutnya bagus dan disetel menjadi wallpaper hapenya. Alasannya, supaya setiap saat dirinya membuka hape, dirinya akan ingat untuk terus berpikir positif.

Bagi Riani, keberanian, motivasi, inspirasi, atau apapun namanya, berasal dari luar. Riani tidak memiliki keberanian. Riani kekurangan motivasi. Riani tidak selalu merasa terinspirasi. Oleh karena sebab-sebab itu, Riani butuh membaca quote-quote di internet supaya bisa tetap merasa positif. Omongan “keberanian ada dalam dirimu”, bagi Riani, adalah omong kosong belaka.

Setelah pembicarannya dengan Devi dan setelah membaca elfchen Putra_11 soal keberanian, pikiran Riani selalu berpikir ke arah itu. Di hadapan Riani tergeletak buku puisi usangnya. Riani hendak menuangkan unek-uneknya soal keberanian dalam bentuk elfchen. Bagaimana pun juga elfchen adalah sejenis puisi, kan? Dan lagi, sesungguhnya Riani menyukai format penulisan elfchen. Format yang baku membantu Riani tetap fokus dengan apa yang ditulisnya.

Keberanian

Adalah anugerah

Datang dari langit

Hadiah dari yang terkasih

Keajaiban

Tidak seperti saat menulis elfchen pertamanya, kali ini Riani cukup puas dengan tulisannya. Elfchen Riani kali ini cukup menggambarkan apa yang dipikirkan dan dipercayainya. Tidak pernah merasa sesenang ini, Riani tergoda hendak membalas komentar Putra_11 tempo hari. Tapi sudah dua hari terlewat, bukan kah aneh untuk menjawab komentar yang sudah lama itu?

Akhirnya Riani memutuskan, peduli setan, yang penting Riani menjawab tantangan Putra_11. Ditulisnya ulang apa yang barusan tertera di buku tulisnya ke hapenya. Setelah mengirimkan komentar pertama, buru-buru Riani menambahkan satu komentar lagi.

“Sori kalau jelek. Aku nggak pernah menulis elfchen sebelumnya. Sori juga baru bisa balas.”

Lihat selengkapnya