Eliana bersama para pemenang giveaway Sabun Diana sedang menikmati paginya di Fanelli Cafe. Salah satu tempat makan bersejarah di 94 Prince St, New York. Memesan Grilled Chicken Club Sandwich dengan ‘bacon, smoked gouda, and tarragon mayones’ sebagai makanan yang menemani Eliana di waktu santai bersama teman-teman barunya. Merasakan kehangatan suasana yang berbeda dari hari-hari sebelumnya di Indonesia. Mungkin karena sejak lama Eliana bermimpi menginjakkan kakinya di kota ini.
“Setelah ini, kita pergi ke The Museum of Modern Art,” ucap Adora− salah satu kru dari Sabun Diana yang menemani mereka semua selama liburan bersama. The Museum of Modern Art adalah sebuah museum seni yang terletak di Midtown Manhattan, New York. Museum yang didirikan pada tahun 1929 dan dicetuskan oleh Abby Aldrich Rockefeller bersama kedua temannya, Lillie P. Bliss dan Cornelius J. Sullivan saat tahun 1928. Abby mengundang A. Conger Goodyear, mantan presiden Albright Art Gallery di Buffalo, New York, untuk menjadi presiden museum itu.
***
The Museum of Modern Art.
“Wowww ... ini keren banget.” Eliana tersenyum takjub memerhatikan satu demi satu karya yang terpajang rapi di setiap ruang. Memaknai arti keindahan dari masing-masing karya seni. Mendalami pesan yang ingin disampaikan oleh para seniman profesional di dalamnya.
“Eliana ... foto yuk,” ajak Vera− salah satu pemenang giveaway. Wanita 31 tahun yang memiliki sifat lembut dan keibuan ini sudah kesekian kalinya menginjakkan kaki di New York. Eliana pun tersenyum dan menuruti ajakan Vera untuk foto bersama.
Seketika, mata Eliana terfokus pada seorang pria yang berdiri tak jauh dari rombongan. Pria Afrika-Amerika, yang memiliki tatapan dingin yang mematikan. “Sempurna,” batinnya. Memiliki tinggi kira-kira 190cm, berpostur layaknya seorang atlet basket− Grey.
Eliana memisahkan diri dari rombongan yang masih sibuk berfoto dan mengikuti pria itu diam-diam. Pria yang sudah menarik perhatiannya dalam waktu sekejap. Tidak ada keberanian untuk menyapanya bahkan untuk mengajaknya berkenalan. Eliana hanya takut, pria itu akan menganggap dirinya aneh atau norak.
***
Waktu telah dihabiskan cukup lama di museum. Kini saatnya acara bebas. Eliana beserta yang lain diperbolehkan menghabiskan waktunya di kota ini pada sore hingga malam hari.
Tidak seperti peserta lain yang lebih memilih menghabiskan waktunya di tempat-tempat perbelanjaan, Eliana justru menghabiskan waktunya menyusuri jalanan Broadway sambil menyegarkan mata dengan pemandangan gedung-gedung tinggi dan suasana keramaian yang membuatnya terkagum-kagum. “Suatu saat, gue pasti bisa berada di salah satu panggung pertunjukan tempat ini,” gumamnya. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
“Lo pasti bisa kok.” Datang seorang pria yang suaranya sudah familiar di telinganya itu− Lucas.