ELIANA : Hello Broadway!

Maria Cecilia W T
Chapter #6

#5 BROOKLYN

Hari demi hari berganti. Kini Eliana bersama yang lainnya menapaki kakinya di Brooklyn, borough terpadat di Kota New York.

Banyak hal aneh yang terlintas di pikiran Eliana saat ini. Termasuk pria misterius yang sempat ia lihat di museum dan saat menonton pertunjukan Spongebob Squarepants. Saat itu mungkin Eliana tak terlalu memikirkannya, tapi seiring berjalannya waktu, ia justru penasaran dan sedikit ada rasa rindu padanya.

“Eliana, lo mikirin apa?” tanya Tono− salah satu kru dari Sabun Diana. Eliana yang hanya duduk melamun di Brooklyn Bridge Park, sontak terkejut melihat kehadiran Tono di sampingnya.

“Nggak ada apa-apa, cuma lagi kangen aja sama temen-temen gue di Indonesia.”

Tono tertawa seolah meledeknya. Tidak percaya pada pernyataan Eliana. “Lo bohong ... gue tahu kok ... kelihatan dari raut wajah lo.”

“Ihhh ... apaan sih Tono,” ketusnya. Semakin lama, hubungan antara peserta dan tim dari Sabun Diana sudah seperti keluarga. Kadang bercanda, kadang bisa juga sebagai tempat bercerita. Ya ... begitulah yang terjadi pada liburan ini.

Tono memelankan tawanya itu dan mulai sedikit serius. “Ya udah ... kalo lo butuh temen buat cerita, ceritain aja masalah lo ke gue atau temen-temen yang lain. Inget ... kita lagi liburan bareng, jangan keseringan melamun sendirian. Nanti banyak yang mikir, kalau lo nggak bahagia selama liburan ini. Lagian kan kita semua udah kayak keluarga, jadi kalau lo butuh temen untuk cerita, kita semua siap dengerin.”

“Lagi ngobrolin apa sih kalian? Ikut dong ....” Suara Alexa membuyarkan percakapan antara Eliana dan Tono.

“Ih ... ngikut aja lo.” Tono beranjak dari tempat duduknya dan melemparkan senyum pada Eliana seolah memberikan kode agar tetap tersenyum di hadapan yang lainnya. Eliana ikut beranjak meninggalkan Alexa. Sedangkan Alexa memasang wajah kesal pada keduanya karena ditinggalkan begitu saja.

***

Menikmati makan malam di Henry’s End Restaurant sendiri. Sesekali melihat orang yang lalu-lalang di sekitarnya, mengamati suasana yang terjadi di tempat itu.

Segerombolan pria mabuk mendekati arah Eliana dan berusaha menggodanya. Mencolek wajah cantik Eliana, dan menggapai tangannya.

“Hi darling ....” Sambil membelai rambut indah Eliana perlahan. Pria botak, berbadan besar yang mungkin adalah pemimpin dari teman-temannya. Yang lain hanya tertawa ikut menggoda, sesekali menengguk minuman beralkohol di tangannya.

Para pengunjung lain hanya diam karena takut menghadapi orang-orang itu, kecuali Grey, yang datang tanpa diduga, menyelamatkan Eliana dari para pemabuk aneh. “Stop it!” bentaknya. Dengan berani ia melawan satu per satu pria mabuk yang berusaha mengganggu Eliana sampai pada akhirnya mereka semua menyerah kalah.

Eliana masih sedikit shock dengan kejadian yang baru saja terjadi pada dirinya. Grey mendekat, menenangkan Eliana. “Are you okey? Ah− hmmm ... what’s your name?”

“Y− ya ... ya ... I’m okey. Thank you. I’m Eliana and you?” Tersenyum melihat pria jangkung di hadapannya. Pria yang sudah membuatnya penasaran beberapa waktu lalu.

“I’m Grey ... nice to meet you, Eliana.” Grey membalas senyuman itu. Baru kali ini Eliana melihat Grey tersenyum hangat padanya.

“Nice to meet you Grey .... I’ve seen you before.”

“Really? When and where?”

“Manhattan,” jawabnya. The Museum of Modern Art and Palace Theatre? Maybe.”

“How can you remember my face?” Eliana berhenti sejenak mendapat pertanyaan itu. Tidak seharusnya ia memberitahunya karena ia menjadi bingung untuk menjelaskan bahwa ia menyukai Grey dan mengamatinya diam-diam saat itu. “Ah− hahaha ... forget it. I also saw you then.” Tersenyum melihat Eliana. Eliana menjadi salah tingkah karena ternyata Grey melihat dan bahkan juga mengingat dirinya.

Kini Eliana mulai tenang. Grey telah menyelamatkan hidupnya. “Grey ... what are you doing here?”

“I− I just ... mmm ... nothing ... I mean ....”

“Nothing?” Eliana terheran-heran dengan sikap gugup yang Grey tunjukkan.

Lihat selengkapnya