Sedikit cerita tentang Grey. Grey tinggal di sebuah apartemen di sekitar Manhattan. Pekerjaan sehari-seharinya adalah seorang pelukis. Di dalam tempat tinggalnya, Grey bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan kanvas dan cat lukisnya. Tapi, terkadang ia juga suka menghabiskan waktu di luar, mencari inspirasi untuk lukisan-lukisannya itu.
Ponsel di sebelahnya berbunyi. Pada notifikasi muncul nama Eliana.
“Good morning Grey. Have a nice day.”
Kalimat ucapan yang sudah menjadi kebiasaan Grey dan juga Eliana semenjak mereka bertemu.
“Good morning Eliana. Have a nice day,” balasnya.
Kopi hitam di tangan Grey yang nikmat ditambah ucapan selamat pagi yang hangat membuat suasana hati Grey menjadi bersemangat. Hari-hari yang dulu terasa sepi, kini menjadi lebih berwarna karena adanya Eliana.
Raut wajah yang dulu sempat murung, kini berubah menjadi Grey si periang. Sekilas terlihat mirip Kedar Williams-Stirling.
“May I go to your apartment?” tanya Eliana.
Grey dengan cepat membalasnya. “Sure.”
“Ok. I’ll be there after brunch.”
“☺.” Emotikon senyum terkirim.
***
Tingtung .... Suara bel berbunyi menandakan Eliana datang. Ia tidak sendiri, melainkan bersama Nick, aktor yang sekarang merangkap sebagai tetangga kamar hotelnya.
“Hey,” sapa Nick mengawali.
“Hey Grey.” Eliana pun ikut menimpali kalimat sapaan itu.
Grey pun tersenyum sekaligus sedikit heran bagaimana bisa mereka bertemu dan seolah akrab.
“Grey, he’s Nick. And Nick, he’s Grey.”
“Yes, I know him.” Grey menyambut hangat salam dari Nick.
Eliana mulai menceritakan bagaimana Nick bisa bertemu dirinya dan berkenalan. Mungkin cerita itu cukup singkat. Tapi Grey pasti akan memahaminya.