Elira : Dunia Yang Retak

Ferdiana
Chapter #4

Bab 4 — Hari-Hari dalam Kunci

Ada yang bilang anak kecil mudah lupa. Tapi aku ingat. Aku ingat segalanya—termasuk rasa dingin ubin saat aku terjatuh dan darah yang mengalir dari pelipisku.


Hari itu aku berlari dari suara yang membuat tubuhku gemetar. Aku ingin kembali ke tempatku yang aman—ke belakang rumah, ke Tala. Tapi kakiku terpeleset, dan tubuhku membentur ujung meja. Aku merasa dentuman di kepala itu seperti mengusir semua suara lain.

Aku tidak menangis. Aku hanya duduk dan memegangi kepalaku yang mulai hangat dan lengket. Lalu bertanya pelan:


“Apa yang sebenarnya terjadi?”


Aku masih terlalu kecil untuk tahu apa itu trauma. Tapi sejak itu, aku belajar bahwa ketakutan bisa meninggalkan bekas. Sampai hari ini, lukanya masih ada di kepalaku—seolah menjadi tanda bahwa sejak dulu, aku harus siap menyimpan semua yang menyakitkan.



☪️ Tapi hari tidak hanya berisi luka.


Saat ibuku pulang di sore hari, aku akan berlari ke pelukannya, walau kadang dia belum bisa langsung memelukku. Biasanya kami hanya sempat berganti pakaian, lalu pergi bersama ke mushola. Ibuku seorang guru mengaji.

Dan di antara anak-anak lain yang duduk rapi, aku duduk diam memperhatikan ibuku.


Aku belum genap empat tahun. Tapi dengan hanya melihat dan mendengarkan ibuku mengajar murid-muridnya, aku hafal doa-doa mereka. Satu per satu. Tanpa sadar, aku mulai bisa membaca iqro’, lalu al-Qur’an.


Lihat selengkapnya