Elira : Dunia Yang Retak

Ferdiana
Chapter #5

Bab 5 — Senyum dari Rumah Sebelah

Akhir pekan selalu menjadi hari yang berbeda. Bukan karena ada libur, tapi karena pada hari itu, rumah tidak dikunci dari luar.


Sabtu dan Minggu adalah dua hari langka dalam hidup Elira—hari di mana pintu tak digembok, dan suara orang tua tak hanya terdengar dalam ingatan.

Hari di mana dunia di luar rumah terasa lebih dekat.

Hari di mana Tala, kursi kesayangannya, bisa istirahat dari menjadi satu-satunya teman bicara.


Suatu siang, Elira bermain di halaman rumah.

Pasir bangunan yang harusnya untuk rumah menjadi dunianya sendiri. Ia membuat goa-goa besar, menjadikannya terowongan untuk mobil-mobilan dari botol plastik bekas. Tangannya kotor, bajunya penuh debu, tapi imajinasinya hidup lebih bersih dari dunia mana pun.


Saat tenggelam dalam permainan, tiba-tiba terdengar suara.

Suara tawa kecil. Ringan. Lepas.


Elira menoleh.

Seorang anak perempuan berdiri di pinggir jalan, mengenakan pakaian bersih, rambut sebahu, kulitnya cerah. Dia tertawa—bukan kepadanya, tapi entah pada apa. Lalu menoleh. Dan mereka bertemu pandang.


Itulah senyum pertama dari orang sebaya yang Elira ingat.

Hangat. Bercahaya. Bukan milik orang dewasa. Bukan bagian dari pelajaran, atau tanggung jawab.


Anak itu melambaikan tangan kecilnya.

Lihat selengkapnya