RIUH rendah terdengar menggema di setiap sudut Universitas Trisakti. Suasana pagi mereka telah diisi dengan para mahasiswa yang sibuk berlalu-lalang dengan keperluan masing-masing. Sebagian mahasiswa sibuk memberikan dukungan dan membantu persiapan demonstrasi yang akan mereka lakukan. Sebagian lainnya sedang bergegas menuju ruang kelas sebab jam perkuliahan yang akan segera dimulai.
Dalam keriuhan itu, Xenon berjalan dengan tenang menyusuri koridor gedung universitas. Dengan balutan celana jin dan kaus yang dibalut jas almamater biru tua berlogo Universitas Trisakti, ia melewati para mahasiswa sembari sesekali berhenti sebab hampir bertubrukan. Sesuai instruksi Oxy, dirinya melakukan penyamaran, berbaur dengan para mahasiswa untuk mencari keberadaan manusia kadal.
Penyamarannya dilengkapi dengan kamera kecil yang terpasang pada jas almamater. Dalam telinganya tersemat alat komunikasi yang terhubung dengan kedua rekan tim yaitu Oxy dan Ron. Ada juga alat pelacak lokasi yang digunakan untuk memantau keberadaan anggota tim, dan terakhir adalah lensa kontak yang terpasang pada bola mata yang terus memperlihatkan identitas diri dari setiap manusia yang ia temui. Namun, sejauh ini hasil analisis masih belum menunjukkan hasilnya yang diingkan. Belum ada seekor pun manusia kadal muncul dalam data.
“Sial. Di mana mereka bersembunyi,” batinnya.
Ia menghentikan langkah, memperhatikan halaman universitas atau lebih tepatnya tempat parkir yang tengah dipenuhi oleh para mahasiswa dengan beberapa pria berpakaian rapi dan petugas keamanan. Seruan tuntutan seorang mahasiswa yang berdiri di atas podium menggema melalui megafon dan bersambung teriakan dari mereka yang berada di bawah. Sesaat setelah seruan mereda, pria yang berpakaian rapi itu mengambil alih megafon dan mulai berbicara di hadapan mahasiswa. Bibir tertutup kumis itu menyampaikan janji pemenuhan tuntutan, dan meminta agar para mahasiswa bersikap tenang. Namun, kata-kata peredam gejolak tuntutan mahasiswa yang dilontarkannya, seolah tak memberikan dampak apa pun, sebab para mahasiswa malah semakin lantang bersuara.
“Sedang apa?”
Xenon menoleh saat seseorang menepuk bahunya danmelontarkan sebuah pertanyaan singkat. Ia mendapati seorang pemuda dengan tubuh cukup tinggi berambut pendek ikal menatapnya bingung. Pemuda itu memiliki rahang dan bentuk wajah tegas, beralis tebal, dan kumis tipis di atas belah bibirnya. Dengan balutan kaos ia menggendong tas di salah satu pundaknya.
"Kau dengar?" tanya pemuda itu lagi sebab saat itu suasana benar-benar ramai.
Xenon sedikit melirik ke arah lain sembari mempersiapkan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan pemuda itu. “Ya, aku dengar. Aku ... sedang mencari temanku. Katanya sedang di sekitar sini,” balasnya setelah tiga detik berpikir. Muncul suatu rasa bangga dalam dirinya, sebab kini ia bisa memakai bahasa Indonesia dengan lancar setelah semalam suntuk Ron mengajarinya bersama Oxy.
“Oh, Aku baru melihatmu. Anak fakuktas apa? Siapa namamu dan juga nama tem-”
Belum selesai pemuda itu bertanya, seorang pemuda lain berteriak ke arahnya dan pemuda itu. “Lang! Ayo!”
Pemuda yang di hadapan Xenon menoleh, dan memberi isyarat bahwa ia akan segera menyusul. Begitu selesai, ia kembali menatap Xenon, “Kau bisa mencari temanmu sendiri? Aku harus pergi. Temanku memanggil. Pergi dulu.”
Xenon memperhatikan pemuda yang kini berlari menuju temannya. Dirinya merasakan sesuatu yang aneh dari pemuda itu. Ia ingin menaruh curiga, mungkin saja itu adalah manusia kadal yang ia cari. Namun, hasil analisis pada lensa kontaknya menunjukkan bahwa pemuda itu manusia biasa.
“Elang Mulia Lesmana?” Xenon bergumam, lalu mengedikkan bahu tak acuh. Dirinya segera berlalu dan kembali berkeliling mengitari area universitas dan sekitarnya.
***
Langit siang itu terlihat suram. Awan gelap bersambut guntur menghiasi Kota Jakarta. Hembus angin menggoyangkan ranting-ranting pohon, menerbangkan daun yang telah menguning dan kering. Hiruk-pikuk jalanan ibu kota menjelang hujan terlihat semrawut dengan iringan khotbah yang menggelegar melalui pengeras suara dari dalam sebuah bangunan yang disebut masjid.