MATAHARI telah terbenam di ufuk barat. Xenon melangkah lesu menyusuri jalanan sepi gang perumahan yang kini banyak ditinggal pergi pemiliknya. Jas almamater yang telah menemani harinya kini tergolek lemas di bahu lebar Xenon. Rambut panjang yang tadi pagi terikat rapi pun telah tergerai lepek sebab keringat dan hujan. Raut wajahnya kuyu, senyum tak terbit lagi semenjak pencarian hari pertama tak membuahkan hasil.
“Tidak sampai-sampai," keluhnya.
Kaki berbalut sepatu kain hitam lusuh itu menendang kerikil di jalanan hingga mengenai pohon kersen di seberang jalan. Tak mau lagi berlama-lama di jalan, dirinya mempercepat langkah kaki yang telah lelah itu, bergegas memasuki gang sempit penghubung dunia luar dengan markas. Hal terpenting untuk sekarang adalah membawa tubuh lelahnya segera berbaring di kursi empuk kesayangannya.
Dinding dari gang sempit yang menjepit tubuh Xenon itu dipukulnya pelan. Pelan hingga meninggalkan sedikit retakan. Dengan raut panik, ia bergegas keluar dari dalam gang dan melewati pembatas tak terlihat. ia menghela napas lega, kemudian dengan lesu melangkah melewati semak belukar dan tanah becek. Matanya berkedip pelan dibarengi mulut yang terbuka lebar mengeluarkan napas sebab mengantuk.
“Mengantuk, ya? Adik kecil lelah?” ledek Ron yang ternyata telah bersandar di pintu masuk. Pria itu terkekeh melihat penampakan Xenon. Dirinya pun segera bergerak merangkul tubuh Xenon sembari mendengarkan gerutu dari bibir Xenon.
Kedua pria itu masuk ke dalam gedung yang sudah sebulan menjadi tempat beristirahat dan menyusun strategi. Gedung itu kini dipenuhi berbagai peralatan modern untuk menunjang misi mereka. Pasokan makanan, obat-obatan, perabotan, dan perangkat perburuan pun terus di-supply oleh organisasi mereka melalui kapsul antar ruang-waktu. Organisasi mengawasi dan memberikan bantuan pasokan dari jauh. SID lebih aktif dalam melakukan pengawasan dan komunikasi dibanding misi-misi sebelumnya, sebab seperti yang dikatakan di awal, misi mereka akan cukup lama. Dalam kenyataannya pun begitu, mereka belum menemukan apa pun selama ini. Padahal sebelum mereka menjalani misi di bumi, hanya butuh beberapa jam atau paling lama tiga hari untuk menemukan manusia kadal.
“Jika misi ini sudah selesai aku ingin liburan satu bulan di Pulau Zurac. Berendam air panas, minum jus aprocy, makan daging panggang khas buatan mereka. Ah, aku merindukan itu semua.” Xenon berkhayal hingga matanya berbinar.
Ron menggeleng sembari terkikik mendengar anggota termuda di tim empat itu berkhayal. Ia memapah Xenon perlahan karena anak itu mulai malas melangkah. Memapah Xenon memang bukan hal yang pertama. Hampir setiap hari selama misi mereka di bumi, Ron selalu membantu anggota timnya itu masuk ke dalam gedung. Meskipun ia sendiri kelelahan, tetapi daripada menengar Xenon merngek dan tidak mau melanjutkan penyamaran, lebih baik dia yang mengalah.
“Kau semakin berat,” goda Ron saat membawa Xenon menaiki tangga. Hal itu berbuah satu cubitan maut di dadanya. Ron tertawa terbahak-bahak mendapati reaksi Xenon. Itu semakin membuat ia terus-menerus menggoda rekannya, hingga mereka tiba di lantai dua.
Oxy sedang serius menatap layar hologram, menoleh saat mendengar tawa Ron. Ia melihat dua anggota timnya datang dengan raut berbeda. Xenon memasang wajah kelelahan tetapi bibirnya menggerutu tanpa henti. Sedangkan Ron terus meledek dan menggoda tanpa henti. Kepalanya menggeleng melihat kelakuan mereka yang seolah seperti kucing pemarah dan anjing yang suka menggoda.
“Oxy, lihat bayimu. Dia terus mengkhayal ingin pergi ke Zurac katanya,” adu Ron dengan wajah jahil sembari melemparkan Xenon ke kursi empuk di samping meja holografi.
Xenon melayangkan tendangan dengan kakinya yang panjang ke arah tulang kering Ron dan berakhir erangan sakit dari pria berlesung pipi itu. Xenon tersenyum puas, kemudian tangannya ia angkat ke kepala untuk menjadi bantal. “Ini sebagai motivasiku agar cepat menyelesaikan misi, tahu!”
Ron mencibir Xenon sekali lagi. namun, Oxy segera menengahi perdebatan kedua rekannya, “Sudah, jangan berdebat lagi. Kepala divisi akan segera terhubung dengan kita."
Usai Oxy mengatakan hal tersebut, detik setelah layar hologram telah menampilkan wajah dari Sang Kepala Divisi. Tatapan tajam nan serius dari pria paruh baya itu, hingga menampilkan kerutan di antara kedua alis tebalnya menunjukkan bahwa situasi sedang tidak baik-baik saja. Melihat situasi yang terjadi saat itu, ketiga agen divisi airspace itu langsung berada dalam posisi siap. Bahkan Xenon yang tadi bersantai-santai menikmati kursi empuk kesayangannya langsung bangkit dan memasang sikap siap.
“Sudah satu bulan kalian di bumi. Aku ingin mendengar progres misi kalian. Kuharap kalian hanya telat melapor, bukan seperti yang kubayangkan,” suara berat Sang Kepala Divisi membuat ketiganya berdebar untuk pertama kali dalam perjalanan misi mereka.
“Siap. Misi berjalan lancar, dan untuk laporan ... kami belum bisa melaporkan apa pun,” jawab Oxy
“Belum menemukan mereka?” tanya Sang Kepala Divisi langsung tanpa basa-basi.
Oxy, Ron, maupun Xenon terdiam. Pertanyaan tadi menampar mereka telak. Suara mereka tertahan di tenggorokan. Otot seluruh tubuh menegang beriring debar jantung yang berpacu dengan darah. Pertanyaan yang jawabannya sudah jelas, sebab kenyataannya mereka memang tak melaporkan progres perburuan sebab belum menemukan para manusia kadal. Selama ini, laporan yang dikirim sebatas keterbatasan mereka menghadapi ratusan dan ribuan manusia.
Ron melarikan manik matanya ke arah Oxy. Pemimpin timnya itu menatap kosong layar hologram. Ron paham beban yang ditanggung Oxy sangat besar. Sebagai anggota divisi unggulan dan mendapatkan kepercayaan langsung dari kepala divisi, pasti berat baginya untuk menghadapi kenyataan bahwa sampai sebulan belum menemukan para buronan. Ron berniat membantu sang pemimpin dengan turut membuka suara mengenai masalah yang mereka hadapi, tetapi Oxy seperti membaca pikirannya dan memberi isyarat agar Ron tetap diam.