Ellijah : one way (Part 1)

Hermansyah
Chapter #1

Chapter 1 : Perkenalan

Judul novel : 

Ellijah : one way (Part 1)

Sinopsis : 

Seorang anak muda yang mewariskan dendam, dari seorang profesor pembuat sirup ajaib pertama di dunia. Yang melibatkan seluruh anggotanya, untuk dibunuh.

(Prologue)

Ibu pengasuh datang tepat pukul delapan pagi, lalu segera menyiapkan sarapan dan segelas susu untukku. Ia membuka cerita tentang kejadian tadi malam yang ia alami sendiri. Dan bagaimana awalnya ia bermula menjadi pangasuh pribadiku. Katanya, lingkungan hidupnya memandang dirinya dengan sebelah mata. Ia selalu dirundung atas pilihan hidupnya dan dipertanyakan atas pilihannya sendiri. Ia menamai dirinya Eleanor untuk identitas pribadinya jika orang menanyakan. Miss Eleanor adalah panggilan yang kerap aku lontarkan kepadanya karena aku lebih mudah saja mengucapkannya. Ia datang ke kehidupanku bukan tanpa alasan, ia datang untuk menggantikan peran kedua Orang tuaku yang lama menghilang sejak aku berumur 6 tahun. Aku rasa ia menganggap orangtuaku sangat berjasa dalam hidupnya sampai ia mau merawatku dan membesarkanku hingga sekarang.

Namaku adalah Ellijah, nama yang cukup unik dari pemberian orang tuaku. Aku pun masih belum mengetahui apa arti dari nama tersebut. Umurku 15 tahun saat ini dan sedang mengikuti homeschooling yang diajarkan langsung oleh miss Eleanor sendiri. Ia tak pernah mengeluh mengajarkanku dan tak ada penyesalan dalam raut wajahnya, saat ia memberi pesan pesan penting dalam setiap pelajaran yang ia sampaikan. Setelah sarapan miss Eleanor menyuruhku mandi dan bersiap untuk mengikuti pelajaran sekolah yang akan ia ajarkan hari ini. Kelasnya dimulai pukul sembilan pagi dan berakhir pukul 1 siang, termasuk jam istirahat pukul 11:15. Setelah jam pelajaran sekolah usai miss Eleanor menyuruhku untuk keluar berkeliling di sekitar halaman rumah, katanya untuk mengenalkanku pada tetangga sekitar dan aku setuju akan hal itu, karena aku suka menemui orang baru di setiap halaman rumah. Hingga bermain ke rumah tetangga sebelah yang jaraknya tidak cukup jauh. Selagi berkeliling keluar halaman, miss Eleanor sedang menyiapkan makanan untuk nanti sore, karena aku merasa lapar saat sore hari saat usai berkeliling. Setelah puas dan lelah menyusuri halaman belakang aku pun mengunjungi tetangga sebelah, yaitu seorang gadis yang bernama wenda. Ia anak yang selalu membuatku penasaran karena selalu mengajakku bermain permainan kartu poker, dimana permainan kartu ini belum cocok untuk anak anak. Ia selalu mengajarkanku cara bermain kartu poker walaupun aku selalu tidak mengerti pada akhirnya.

Setelah selesai bermain kartu aku pun pulang ke rumah dan menemui miss Eleanor sedang menjahit baju yang ia bawa sendiri. Makanan sudah tersaji di meja makan dan ada beberapa cemilan, juga teh untuk sore hari ini. Aku pun segera menyantapnya dengan lahap lalu mandi membersihkan diri. Miss Eleanor tidak tinggal di rumahku, ia hanya datang dan pulang pukul 4 sore untuk hari ini. Setelah mandi miss Eleanor berpamitan denganku karena sudah tepat pukul 4 sore . Ia tersenyum padaku lalu segera pulang ketempatnya yang aku sendiripun tidak tahu dimana itu. Setelah ia pergi aku pun tinggal sendiri hingga malam tiba dan hanya menonton televisi, satu satunya hiburan yang ada dirumah ini saat malam hari, juga ada beberapa buku yang miss Eleanor pinjamkan kepadaku. Setelah menonton TV dan membaca aku pun memasak makanan sendiri untuk malam ini,  walaupun hanya makanan kaleng. Karena aku sendiri tidak pandai memasak walau pernah beberapa kali miss Eleanor mengajariku, tetap saja aku belum pandai. Tepat pukul 9 malam aku beranjak ke kamar tidur dan menutup hari ini, lalu memejamkan mata untuk tidur.

Keesokan harinya.

Jam menunjukkan pukul 7 pagi, aku pun terbangun dan merasa tidurku pulas tadi malam. Sambil cuci muka dan gosok gigi aku pun menyalakan televisi untuk mencari berita baru hari ini, dan ternyata belum ada berita yang menarik bagiku selain gosip gosip artis, yang selalu menjadi berita utama di setiap saluran TV lokal. Lalu jam pun beralih ke pukul 8 tepat. Pengasuh hari ini yang datang bukan miss Eleanor, melainkan seorang pria yang memakai topi kupluk. Pria ini bernama Roosevelt, ia adalah adik dari miss Eleanor. Ia juga sering diceritakan miss Eleanor saat ditengah jam pelajaran waktu ia mengajar.

Roosevelt punya mimpi suatu saat ia ingin menjadi sukses di bisnis makanan dan minuman dan mempunyai banyak kedai dimana mana. Ia pun ingin menolong orang orang yang kelaparan untuk makan di tempatnya secara gratis. Roosevelt berpesan kepadaku bahwa ia juga diberi amanah oleh kedua orangtuaku untuk menjaga dan merawatku hingga dewasa nanti. Ia mengajari pelajaran untuk homeschooling hari ini, dan ingin memberitahuku pesan yang ingin disampaikan oleh orangtuaku katanya. Lewat pengasuh-pengasuh yang akan datang bergantian. Orangtuaku berkata pesan ini lewat Roosevelt, bahwa kelak ada 7 orang penting yang harus aku temui sebelum aku meninggalkan dunia ini dan mati. Dan orang pertama yang harus aku temui adalah saat aku harus menginjak usia 18 tahun nanti. Informasi tentang orang pertama itupun belum bisa dijelaskan secara detil kepadaku, karena Roosevelt berkata bahwa aku akan menemuinya dengan jalanku sendiri kelak.

Usai jam pelajaran kami pun langsung belajar memasak bersama sama seperti yang dipesankan miss Eleanor, bahwa aku harus bisa mempelajari apapun termasuk memasak makanan yang lezat. Roosevelt berencana pulang awal hari ini, tapi ia teringat bahwa ada pesan penting yang harus disampaikan kepadaku dari orangtuaku sendiri.

“Orang pertama yang akan kau jumpai nanti adalah orang gila yang menyebut dirinya tuan nihil pertama di ibukota”. Kata Roosevelt dengan tersenyum.

Pertemuanku dan Roosevelt hari berlangsung singkat, tidak ada basa basi yang dibuat untuk melewati hari. Ia hanya datang untuk menyelesaikan tugasnya dan akupun tidak masalah dengan hal itu. Setelah itu tiba tiba Roosevelt langsung pulang dan terburu buru keluar dari pintu dan aku pun hanya memandangnya dengan heran. Mungkin, ia sedang mengejar sesuatu.

Apa yang dikatakan Roosevelt tadi sangat asing bagiku. Apa itu tuan nihil?siapa orang yang pertama itu di ibukota? aku sendiri belum bisa menjawabnya. Aku pun segera pergi ke rumah wenda tetangga yang di sebelah. Ia baru selesai mandi katanya,

“Ada apa kau kemari bro.” kata Wenda. 

“Bro? Katamu?”

“Hahaha, aku baru mendengarnya.”

“Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu, Wen. Apa kau pernah mendengar soal tuan nihil dan apakah itu sebuah aliran?”

“Untuk apa kau menanyai itu bro?” sahut Wenda.

“3 tahun lagi aku ingin menemuinya, Wen. Seorang tuan nihil dan sekarang aku sedang mempersiapkannya.” aku menjawab.

“Sepertinya ini sangat penting bagimu saat ini.” kata wenda.

“Aku merasa akan hidup terus seperti ini, untuk waktu yang lama, Wen.”

“Bicara apa kau ini bro? Aku tidak paham sama sekali.”

“Aku tidak perlu menjelaskannya, Wen. Aku hanya ingin begitu sekarang.”

“Baiklah, jika itu yang kau inginkan sekarang aku akan membantumu.” Kata Wenda dengan tenang.

Keesokan harinya.

 “Ini adalah sebuah alamat, dimana kau akan menjumpai seseorang yang kau sebut semalam. Ia adalah salah satu guruku di sekolah menengah, dan ini adalah lokasi yang menunjukkan tempat tinggalnya.”

“Kau yakin, Wen?”

”Ini adalah lokasi seberang sungai sana, dan ini tidak terlalu jauh bagiku untuk menemuinya.”

 “Tapi umur mu masih jauh bro, kau lupa ya? Aturan disini adalah remaja yang belum cukup umur belum boleh diizinkan untuk meninggalkan rumah dan menyeberangi sungai, apalagi untuk waktu yang lama, dan kau belum mempunyai bekal yang matang untuk menemuinya.” kata Wenda.

“Aku tahu itu, Wen. Aku hanya sedang mempersiapkan segalanya untuk nanti.”

“Bagaimana kau tahu kalo orang itu tuan nihil, Wen?”

“Aku pernah bertemu seseorang yang menamai dirinya seperti itu.”

“Itu bukan hanya nama, tapi sebuah aliran filsafat.”

“Ia adalah salah satu guruku di sekolah.”

“Aku pernah belajar hal itu darinya dan ialah orang yang pertama kali memperkenalkannya di sekolah kami.”

“Akupun juga tidak tahu sebelumnya, bahwa dia adalah salah satu guru yang mengajar di sekolah kami.” jawab Wenda.

“Baiklah, Wen. Yang pertama aku harus menjadi orang pintar dulu agar punya ilmu yang matang untuk menemuinya, ini, Wen. Aku ada bawa makanan yang disiapkan miss Eleanor pagi tadi.”

”Kau sangat baik bro.”

“Kadang kadang saja.”

“Jadi, pengasuh kamu selalu bergantian ya bro?”

”Haha, sangat aneh ya?” Wenda bertanya.

“Aku pun tidak tahu kenapa mereka begitu, aku hanya percaya kepada semua pengasuhku. Itu saja, Wen.” aku menjawab.

 (Namanya MR.Moon)

“Rencananya semua uang ini akan kujadikan sebuah hotel, dan akan Kubangun bisnis di dalamnya untuk semua partnerku” kata Moon.

“Beri nama tempat ini PRIVIELLEGE.” sahut seorang partner. 

“Nama yang bagus temanku, dan mottonya adalah PRE-VILLAGE.”

“Hah? Apa Maksudnya itu?”

Moon hanya tersenyum.

Ini semua bermula dari lotre yang diikutinya sebulan lalu, dan ia memenangkannya dengan tidak disengaja. Moon yang saat itu mempunyai bisnis lain, segera ditinggalkannya untuk sementara waktu. Ia lebih memilih fokus membangun bisnis hotel yang baru ini.

Waktu membawa lima tahun kemudian, saat PRIVIELLEGE menjadi sebuah nama yang besar dan banyak dikenal. Banyak yang dilakukan di dalam hotel ini selain fungsinya sebagai hotel, tempat ini juga menjadi sarangnya untuk para penjual barang antik. Juga partner moon lainnya menggunakannya untuk kelas bisnis perjodohan, yang telah menghasilkan banyak pasangan bahagia hingga saat ini. 

Partner moon lainnya sedang membuka bisnis Brand Fashion, membuat usaha desainer pakaian dan sepatu. Dengan menggunakan nama merek PRIVIELLEGE, dan toko pertamanya akan segera dibuka di lantai dasar hotel tersebut. Salah satu bisnis yang paling menjanjikan di PRIVIELLEGE adalah arisan, yang memakan biaya per bulan hingga 12 milyar rupiah.

Selain menjalankan bisnis, tiap sebulan sekali mr. Moon selalu meluangkan waktunya untuk menemui psikolog yang sudah menjadi langganannya. Ia selalu ingin mengungkap rahasia apa yang selalu di sembunyi kan keluarga nya selama ini. Hingga hal ini sering mengganggu jam tidurnya, karena memikirkannya.

“Selamat siang mr.Moon, perasaan senang sedang bersamamu hari ini?” kata psikolog.

“Mimpi buruk itu datang lagi, Sandra.”

“Seperti apa kali ini ceritanya?”

“Kali ini mimpi menuntunku ke sebuah situasi dimana ada seorang pria yang membawa segelas racun.”

“Aku melihat seorang pria yang sedang meracuni wanita muda yang tengah mengandung jabang bayi. Hingga akhirnya wanita itu tewas diracuni pria tersebut.”

“Sayang, ironisnya anak di dalam kandungan wanita tersebut selamat dan dilahirkan ke dunia.”

“Jadi kau sudah tahu akhir dari mimpimu semalam?” kata Sandra.

“Ya, begitu lah aku merasa itu adalah sebuah petunjuk.”

“Sepertinya aku sudah bisa menebak apa masalahmu sekarang, Moon.”

“Jika begitu, apa kau sudah siap memberitahuku sekarang, San?”

“Seperti nya belum sekarang waktunya, karena ini sangat penting dan menyangkut rahasia keluargamu, Moon”

“Kenapa demikian?”

“Karena ini juga berkaitan dengan kondisi mentalmu.”

“Karena ini akan menyakiti dan mengubah seluruh kenyataan hidupmu, Moon.”

“Setelah ini aku akan menanyakan beberapa pertanyaan penting yang harus kau jawab dengan sebenar benarnya, Moon. Dan kau harus terbuka serta jujur kepadaku kali ini.” ucap Sandra.

“Baik, San. Sebelumnya biarkan saya menjelaskan sesuatu padamu, apa yang selama ini saya kerjakan dalam hidup saya dan cara apa yang saya buat untuk mencapai setiap tujuan saya.” Moon berkata.

“Baiklah.” jawab Sandra.

“Saya selalu bertaruh sebanyak mungkin untuk peluang sekecil apapun dalam membangun bisnis hotel saya ini.

“Karena saya tahu bahwa hidup itu hanya sekali, dan kita dilahirkan hanya sebagai pion-pion pergerakan zaman. Kita pun tak ada artinya jika dibandingkan dengan alam semesta ini.

“Jadi jika aku gagal dalam hidupku, biarlah itu menjadi konsekuensiku. Karena hidup ini telah begini adanya sejak lama. Maksudku tentang pengaruh pengaruh kecil yang dihasilkan manusia tidak ada apa apanya dibandingkan budaya konsumerisme yang sekarang dibangun untuk menghancurkan sesama. Manusia jadi semakin rakus akan kekuasaan dan eksistensi mereka. Ini semua sesungguhnya tidak berarti apapun dibandingkan apa yang telah kita miliki sejak awal. Begitulah awal perubahan zaman ini ke zaman nanti.

“Aku hanya merasa bahwa kita semua selalu hidup dalam kekosongan, mungkin tugas kita semua adalah mengisi kekosongan tersebut dan dilahirkan hanya untuk menumpang tertawa, saat merayakan apa yang kita rayakan sekarang.

“Saya percaya bahwa logika yang ku jalani, mengalahkan setiap keyakinan yang ada di muka bumi ini.” kata Moon dengan panjang lebar.

“Mengapa Anda bisa seyakin itu, tuan Moon?” Tanya Sandra.

“Inilah aku, San. Yang menganggap semua manusia yang hidup, tidak punya tujuan yang berarti apapun. Semua kehidupan ini adalah nihil.

“Sehingga yang terjadi akan terjadi, dan yang tidak terjadi, ya tidak.” jawab Moon.

“Apakah Anda akan terus seperti ini hingga nanti, tuan Moon?” tanya Sandra.

“Tentu saja, Sandra. Kau bisa panggil aku tuan yang mempercayai kenihillan.” jawab Moon.

“Baiklah, tuan nihil.” sahut Sandra.

“Hal ini juga tentunya berdampak baik,sejak aku mempercayainya”.sambung moon.

“Apakah Anda yakin bahwa hal ini akan membuat Anda merasa lebih baik dalam menjalani hidup?” tanya Sandra.

“Tentu saja, saya bisa dengan mudah melupakan hal yang terjadi dalam mimpi buruk saya.”

“Hanya dengan seperti ini saya bisa melupakan rasa sakit dengan cepat.” jawab Moon.

“Apa yang Anda lakukan sebelum nya, saat Anda belum menjalankan bisnis hotel ini?”

“Aku hanya memperdagangkan banyak dagangan, itu saja.”

“Apa yang Anda perdagangkan?”

“Kau tidak perlu tahu, San. Hubungan kita hanya sebatas dokter dan pasien.”

“Santai saja, tuan. Aku hanya bertanya.”

“Kau tidak harus menjawabnya bila tidak ingin.”

“Baiklah, San. Aku akan melupakannya.”

“Baiklah, tuan. Jika hal ini bisa membuatmu lebih baik. Datanglah kepadaku, jika ingin curhat atau apapun itu.” kata Sandra.

“Hebat nya, tuan Moon. Apa yang anda pertaruhkan selama ini selalu tepat sasaran. Bagaimana mungkin ada seseorang yang membeli hotel yang sedang bangkrut di kawasan yang termasuk sepi, bisa menjadikannya hotel yang sukses, bahkan bisnis di hotel tersebut selalu stabil.” kata Sandra.

“Aku hanya menjadikan semua kegaduhan di hidup ini adalah semu. Mereka semua hanyalah keributan yang tak bertujuan. Hidup disini adalah ilusi, San. Yang nyata sekarang adalah imajinasi ku yang Kubangun dengan nyata.” Moon berkata.

“Akulah yang memegang kendali atas roda hidupku, San. Dan jika kemudiku menabrak sesuatu mungkin aku akan lari meninggalkannya. Begitupun sebaliknya, aku akan lari jika ditabrak sesuatu yang mungkin hanya menggangguku sedikit, tapi itu semua tidak apa. Kita hanya saling menabrak dan ditabrak, sampai kita mencari jalan dan menemukan garis finisnya.” sambung Moon.

“Baiklah, tuan Moon. Dari semua pernyataanmu aku akan menanyakan mu sesuatu.” kata Sandra.

“Apa itu, San?” tanya Moon.

“Apakah kau pernah sekalipun merasa bersalah dalam menjalani hidup selama ini?” tanya Sandra.

“Tidak sama sekali, San. Aku mengganggap sebuah kesalahan adalah semua kebenaran dalam tujuan hidupku, aku tidak pernah menyesali apapun yang kulakukan untuk melancarkan setiap keinginanku selama ini.” jawab Moon dengan tegas.

“Mungkin ini adalah sesuatu yang diwariskan oleh orang tuaku dan aku bangga menjalankannya hingga saat ini.”

“Aku juga bangga ada namaku Moon di daftar kontak setiap orang orang pebisnis yang kutemui dan bangga menyandang nama ini.” Sambung Moon.

Sandra teringat kata terakhir tersebut juga pernah diucapkan oleh salah seorang pasiennya dulu, saat ia baru membuka konsultasi psikolog ini. Tidak lama kemudian ia menghampiri laci yang berisi berkas lama, data data pasien dari awal ia buka sampai sekarang. Sandra menemukan satu nama yang mirip dengan tuan Moon, yaitu Iskariot wesley moon. Ia lalu membaca dengan teliti setiap data dan cerita hidup pasien tersebut. Tuan Moon hanya menunggu di kursi pasien dan memperhatikan apa yang dicari Sandra kali ini.

Ada beberapa rahasia yang akhirnya bisa terbaca oleh Sandra, setelah sering bertemu dengan pasien yang bernama Moon kali ini. Ia menduga Moon punya kepribadian ganda, dan Moon menjalani hidupnya dengan keyakinan yang ia bangun sendiri selama ini. Sandra mendiagnosa bahwa tuan Moon telah hidup dengan keyakinan yang begitu kuat untuk menggapai tujuan hidupnya. Namun begitu, ada sebuah rahasia mengejutkan yang dapat menjatuhkan sekaligus dan mengubah pandangan hidupnya selama ini. Tuan Moon memang begitu mudah meraih tujuan hidupnya selama ini, juga satu hal yang mudah untuk menjatuhkan nya jika berkaitan dengan keyakinan hidupnya selama ini.

Sandra telah menangkap satu rahasia keluarga Moon yang jika Moon sendiri mengetahuinya, bisa jadi akan menghancurkan kejiwaan Moon secara frontal.

Sandra pun menuliskan ungkapan ke dalam sebuah surat.

“Ayah Moon, Iskariot wesley moon pernah jatuh cinta kepada seorang gadis wartawan koran. Namun cinta nya tak pernah terbalaskan karena sang gadis tahu, bahwa Wesley moon adalah seseorang yang egois dan selalu menghalalkan segala cara untuk mencapai setiap ambisinya. Wesley moon tidak pernah merasa puas atas apa yang terjadi pada hidupnya dan hal tersebut menjadikan dirinya pribadi yang rakus akan segalanya. Wesley moon pernah memperkosa gadis tersebut di suatu malam hingga terdengar kabar kehamilan pada waktu berikut nya, saat itu gadis tersebut mendatanginya dan ingin minta pertanggungjawaban. Wesley moon menolak untuk menjadi ayah atas anak tersebut. Ia lalu mengambil tindakan dengan meracuni gadis tersebut hingga tewas dan menuliskan surat diatas jasad gadis tersebut.

Surat itu berpesan dengan lantang.

“Jika anak ini hidup ke dunia, maka ia harus menyandang nama Moon sepanjang hidupnya, karena aku ayahnya yang berhak menentukannya. Karena anak ini harus mewarisi dosa yang aku perbuat selama hidupku. Orang orang akan mengenal nama Moon sebagai pendosa kotor yang hina dilahirkan dari rahim seorang pelacur.”

“Dan untukmu, Moon. Kau adalah sebuah perayaan dari dosa yang selama ini aku kerjakan sepanjang hidupku.” tulis Wesley moon diatas jasad seorang gadis.

Begitu surat yang Sandra tulis.

Sandra pun menyimpulkan atas risetnya selama ini, bahwa Moon dan ayahnya punya gangguan kejiwaan yang terisolasi di dalam dirinya sendiri. Dan uniknya cara-cara yang mereka lakukan selama ini selalu berhasil ia gunakan dalam mencapai setiap tujuannya.

(Part 1)

Bisnis-bisnis di hotel moon selalu stabil hingga 3 tahun ke depan. Waktu terus berjalan, hingga suatu saat resepsionis di hotel menghubungi tuan Moon yang sedang berada di lantai atas saat jam kerja.

“Halo, tuan Moon. Ada klien baru yang ingin berbisnis di hotel kita.” resepsionis berkata lewat telepon.

“Suruh dia langsung temui saya dikantor.” sahut tuan Moon.

“Baiklah, pak akan saya sampaikan, permisi.”tutup telepon resepsionis.

“Silahkan, nona Wenda. Anda sudah ditunggu di ruangan tuan Moon, mari lewat sini.” resepsionis mengarahkan.

(Di ruangan tuan Moon)

“Baiklah, langsung saja nona muda Wenda, katakan apa yang ingin kau lakukan disini?” kata Moon.

“Bagaimana iika aku membuka club dan bisnis poker disini?” tanya Wenda.

“Apa yang kau tawarkan?”

“Aku akan mempertaruhkan semua uangku kepadamu, tapi jika aku berhasil meraih keuntungan besar pada bulan pertama, ruangan ini sepenuhnya akan menjadi milikku.” kata Wenda.

“Baiklah, mari kita coba. Karena hartaku sudah banyak, tidak ada salahnya untuk mencoba.” kata Moon dengan tenang.

Tanpa basa-basi mereka langsung saling menyetujui bisnis tersebut. Entah kenapa tuan Moon kali ini tidak memikirkan apapun, termasuk risiko dari bisnis ini. Ia seperti tidak menganggap hal ini akan mengakibatkan masalah pada nanti nya.

“Bukankah kau pernah menjadi muridku di waktu sekolah menengah dulu?” tanya Moon.

“Betul sekali, pak. Anda memang orang yang paling pengingat.” jawab Sandra.

“Tapi, kenapa waktu itu bapak mengajar di sekolah kami hanya sebentar?”

”bahkan tidak sampai setahun.” tanya Sandra.

“Aku punya tujuan lain saat itu, Wenda. jadi aku berpikir waktu itu untuk meninggalkan kelas mengajar adalah hal yang tepat.” jawab Moon.

“Apakah ada masalah yang bapak alami di sekolah itu?” tanya Sandra lagi.

“Tidak, Wen. Aku hanya sedang mengerjakan sesuatu yang lain saat itu.” jawab Moon tenang.

Mereka berdua pun saling bicara dan bernostalgia akan kenangan mereka yang bisa dibilang hanya sebentar, pada saat di sekolah dulu.

(Part 2)

“Baiklah, tuan pengasuh. Biarkan aku berpisah disini.” kata Ellijah di saat meninggalkan pengasuh di kediamannya.

“Saya akan mencari alamat si tuan nihil ini.” kata Ellijah.

Ellijah berencana ke luar kota untuk mencari alamat tuan Moon, tuan nihil yang dikatakan Wenda dan pengasuhnya dulu. Tepat hari ini juga ia telah menginjak umur 18 tahun.

Di malam sebelumnya ia bermimpi, bahwa ditengah jalan ia menemui wanita di persimpangan yang berbicara kepadanya saat tengah berhadapan. Wanita itu berkata bahwa hari ini akan turun hujan lebih cepat.

“Saya akan tinggal beberapa bulan diluar kota, miss Eleanor!” Kata Ellijah.

“Baiklah, nak. Jaga dirimu baik baik. Jangan lupa titipkan salamku jika nanti bertemu Wenda.” pesan miss Eleanor.

Ellijah sampai di terminal lebih awal untuk menaiki kereta perjalanan pertama hari ini. Ia berencana akan langsung mengunjungi rumah dimana Wenda berada. Wenda sudah hampir setahun berada di luar kota, ia pernah menelepon Ellijah bahwa ia sedang bekerja di luar kota. Wenda pun menyuruhnya mampir ke tempat tinggalnya disana jika Ellijah sedang berada diluar kota.

“Bawalah payung bro, hari ini hujan akan turun lebih cepat!” kata seorang wanita yang dijumpai Ellijah di persimpangan jalan.

Tiba-tiba Ellijah teringat tentang mimpinya kemarin malam, soal wanita yang bicara kepadanya di tengah jalan. Wanita yang ditemui didalam mimpinya mempunyai payung yang akan diberikan kepada Ellijah, sedangkan wanita yang saat ini di depan nya tidak membawa payung tersebut.

Namun tepat di belakang wanita tersebut ada sebuah kafe bertuliskan nihilzm di pintu masuknya.

Ellijah yang penasaran pun langsung menuju ke tempat tersebut dan memperhatikan dengan seksama sekeliling bangunan tersebut.

Kafe 3 lantai tersebut memiliki 1 lantai paling atas yang digunakan untuk jasa konsultasi kejiwaan.

Menurut Ellijah ini adalah tempat yang unik untuk dijadikan sebuah kafe, juga untuk dijadikan tempat konsultasi kejiwaan. Karena ia belum pernah menemui tempat seperti itu sebelumnya.

Cuaca tiba-tiba mendung dan akan menurunkan hujan, seperti yang dikatakan wanita di jalan tadi.

Ellijah lalu mampir ke kafe tersebut untuk mencoba segelas kopi di dalamnya, sambil menikmati cuaca hujan yang akan turun.

“Aku penasaran dengan kopi yang sering dipesan disini.”

“Berikan aku segelas ya.” kata Ellijah.

“Baiklah, pelanggan pertama.” kata seorang pelayan.

“Kenapa nama tempat ini sangat aneh?” tanya Ellijah.

“Apanya yang aneh?” jawab pelayan.

“Maksudku, lantai paling atas digunakan untuk konsultasi kejiwaan, dan di lantai dasar digunakan untuk kafe. Apakah ada relasi seperti itu?”

“Tentu saja ada, kau sedang menatapnya tuan muda. Orang yang memiliki bangunan ini adalah seorang psikolog muda yang menggunakan nama aneh untuk nama tempatnya.” jawab pelayan.

“Maaf sebelumnya, aku hanya tertarik dengan nama yang diberikan untuk tempat ini. Apakah nama tersebut terinspirasi dari sesuatu?” tanya Ellijah.

“Kalau untuk itu bisa kau tanya langsung ke pemiliknya, yang berada di dekat jendela itu.” jawab pelayan sambil menunjuk ke arah wanita yang sedang membaca buku di dekat jendela.

“Suatu hari, saat bangunan ini membutuhkan bantuan dana untuk perbaikan. Sedangkan, kondisi tempat ini saat itu sedang buruk dan hampir bangkrut karena harga sewa tempat ini yang mahal.”

“Pemasukan belum berjalan lancar saat itu, karena tempat ini baru buka dan hanya kantor sepi yang aku sewa untuk membuka Jasa konsultasi.”

“Lalu datanglah seorang pemuda yang menawarkan bantuan, agar bangunan ini bisa jadi milikku sepenuhnya.”

“Ia awalnya tertarik dengan tempat ini, karena ia menganggap bahwa aku adalah teman bicara yang bisa menjawab semua keresahan yang ia hadapi saat itu.”

“Pemuda itu adalah klien pertamaku. Pemuda itulah yang menamai tempat ini menjadi nihilzm.”

“Aku tidak peduli dengan nama itu, aku pun setuju karena kebaikan yang ia tawarkan kepadaku .”

“Sesederhana itu, kenapa nama tempat ini terlihat aneh bagimu.”

“Itukan yang ingin kau tanyakan?” tanya seorang wanita kepada Ellijah, yang dari tadi langsung duduk di kursi di depannya.

Ellijah terdiam sejenak lalu bertanya.

“Siapakah orang itu nyonya?”

“Ia adalah seorang pebisnis hotel dengan pemikiran aneh yang ia bangun sendiri.” jawab wanita di depannya.

“Panggil saja aku Sandra.” kata wanita itu.

“Aku ellijah.”

“Pemikiran aneh itu seperti apa maksudnya?” tanya Ellijah.

“Ia menamai dirinya sebagai tuan nihil, ia yang mengajari aliran nihilsme di kota ini katanya.” jawab Sandra.

Ellijah langsung merasa bahwa ini memang kebetulan. Apa yang ia cari mungkin memang berada tepat didepan matanya saat ini. Ia pun langsung pergi untuk mencari tempat Tinggal Wenda.

“Ting tong!”

“Ting tong!”

“Ting tong!” bunyi bel pintu depan.

“Cari siapa kau anak muda?” tanya seorang penghuni apartemen.

“Apakah gadis bernama Wenda tinggal disini?” tanya Ellijah.

“Tidak, wanita penjudi itu tinggal di penginapan sebelah.” jawab penghuni apartemen.

“Baiklah nyonya, terima kasih informasinya, permisi.” kata Ellijah.

“Sebentar, ambil ini. Berikan kepadanya, aku tidak mau diberi makanan apapun oleh nya, apalagi setiap hari.” kata penghuni apartemen.

“Oh, baiklah.” jawab Ellijah sambil bergegas pergi.

Ellijah melihat Wenda, yang sedang membuka pintu depan penginapan.

“Kau sangat baik ya, Wen. apalagi dengan tetangga.” Sapa Ellijah saat bertemu Wenda.

“Astaga bro, kau sungguh datang rupanya.” jawab Wenda sambil sedikit terkejut.

“Masuklah, biar aku ceritakan soal tetanggaku.”

“Haha, baiklah.”

“Ketemu juga ya alamat ku ini bro?”

“Tempat mu ini sangat mudah dicari, Wen. Walaupun agak beda dari yang kau telpon kemarin, hehe.”

“Aku berusaha ramah kepada semua orang di sekitar sini, walaupun mereka mengabaikannya.”

“Aku akan selalu begitu, sampai mereka semua muak.” kata Wenda.

“Kau yakin wen?” tanya Ellijah.

“Entahlah, aku hanya belajar memahami apa itu kebaikan dalam bertetangga.”

“Mungkin saja cara ini agak berlebihan, dan aku akan menggantinya jika sudah bosan.” kata Wenda.

“Oh iya, Wen. Apakah ada kamar kosong di tempat ini?”

”Aku ingin menginap untuk sementara waktu.” tanya Ellijah.

“Ada kamar kosong di atas, kau bisa menggunakannya sesukamu.” jawab Wenda.

“Baiklah, Wen. Aku istirahat dulu.” kata Ellijah bergegas untuk tidur.

Keesokan pagi nya.

“Kau sudah bangun, Wen?”

“Kau boleh ikut aku berkeliling hari ini bro, aku sedang libur kerja.” jawab Wenda.

“Memangnya kau bekerja dimana?”

“Di tempat musuhmu berada.” jawab Wenda dengan tersenyum.

“Maksudmu?”

“Akan ku ceritakan nanti diluar.”

Mereka berdua mengunjungi sebuah kafe di pusat kota.

“Kenapa minuman kita sama, Wen?” tanya Ellijah.

“Entahlah, coba saja hehe.”

“Jadi kau bekerja dimana, Wen?”

“Aku mengelola sebuah club poker di salah satu hotel disini.”

“Tempat di hotel itu sudah bisa aku kuasai dalam waktu tiga bulan.”

“Aku rasa orang orang disini tidak terlalu pandai dalam berjudi, jadi aku melihat peluang disini.”

“Apakah kau bekerja setiap hari disana?”

“Kan aku sudah bilang, aku yang mengelola tempat itu bro. aku bisa bekerja dan libur kapanpun aku mau.” jawab Wenda menegaskan.

“Dan kau memilih untuk sering bekerja?”

“Yaps, tepat sekali tebakanmu.”

“Aku menemui sebuah tempat kemarin, tempat itu adalah kafe yang di lantai atasnya digunakan untuk konsultasi kejiwaan.”

“Aku bertemu dengan pemiliknya langsung, ia berkata bahwa ia mendapat bantuan dana dari seorang pemilik hotel yang bernama tuan nihil.”

“Kau tahu siapa nama tuan nihil itu?”

“Aku lupa soal itu.”

“Ayo kita ke kafe itu, bro!” ajak Wenda.

“Tapi minuman ku belum habis, Wen.”

“Berikan saja pada pelayan.”

“Baiklah, karena kau yang traktir.” jawab Ellijah.

Di kafe.

“Apakah nyonya Sandra ada?” tanya Ellijah ke pelayan kafe.

“Dia sedang di lantai atas, sedang ada klien.” jawab pelayan.

“Baiklah, kami akan menunggu disini.” kata Ellijah.

“Buatkan kami dua gelas jahe dan panekuk ukuran besar ya.” kata Wenda memesan menu.

“Baiklah, silahkan duduk.”

“Hai, tuan muda. Akhirnya kau kemari lagi ya?” kata Sandra saat baru turun dari lantai atas.

“Hai, Sandra. Dimana klienmu?” tanya Ellijah.

“Ia sudah pulang, baru saja kami selesai.”

“Ada apa kemari tuan muda?” tanya Sandra.

“Kenapa kau memanggilnya tuan muda, nyonya?” tanya Wenda dengan heran.

“Kau kakaknya ya, kenapa kalian sangat mirip?” tanya Sandra.

“Bukan, nyonya. Aku tetangga nya dari desa, namaku Wenda.”

“Baiklah, panggil aku Sandra saja.” kata Sandra menjabat tangan.

“Aku memanggilnya tuan muda, karena tampangnya ini seperti seorang pangeran.” kata Sandra menggoda.

“Bisa saja kau, San”

“Kau berlebihan untuk yang itu.” sambung Ellijah.

“Aku kemari untuk menanyai informasi, soal tuan nihil yang kemarin kau beritahu itu, San.” kata ellijah.

“Ia adalah salah satu klien ku, kan sudah ku beritahu kemarin.” kata Sandra.

“Maksudku informasi pribadi nya.”

“Ia seorang pebisnis hotel sukses di kota ini, kau bisa mencari tahu sendiri.”

“Apakah itu hotel PRIVIELLEGE?” tanya Wenda.

“Tebakanmu tepat, Wenda.” kata Sandra.

“Apakah namanya tuan Moon?” tanya Ellijah.

“Astaga, bagaimana kau bisa tahu?”

”Ia tidak pernah memberitahu nama nya kepada sembarang orang.” kata Sandra.

“Apakah kau percaya, aku datang kemari untuk mengincar nyawanya?”

“Bagaimana mungkin?”

”Kau tidak terlihat seperti pembunuh bagiku.” jawab Sandra.

“Apa kau sedang bercanda?”

“Aku serius, San. Ia adalah orang gila yang telah membunuh ayahku.”

“Kau harus tahu itu.” Tegas Ellijah.

“Bahkan ia tidak ragu untuk memfoto jasad ayahku dan mengirimnya dalam bentuk bingkai ke tempat tinggalku.”

“Kau lihat ini, itu tuan Moon yang sedang tertawa dan di sebelahnya adalah jasad ayahku.” kata Ellijah sambil menunjukkan salinan foto tersebut.

“Astaga, Wenda coba kau lihat ini.” kata Sandra sambil menarik Wenda.

(Part 3)

“Selamat pagi, miss Eleanor.” kata Ellijah menyambut ibu pengasuh.

“Apa kau sudah makan?” tanya Miss Eleanor.

“Tentu saja, aku sudah bisa masak sendiri sekarang.” jawab Ellijah.

“Baguslah, setidaknya kau makin berkembang.”

“Hari ini ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu.”

“Dari ayahmu.”

“Baiklah, aku selalu penasaran soal itu.”

“Kau harus lihat ini.” miss Eleanor sambil menyerahkan berkas berkas.

“Foto apa ini dan siapa yang menulis surat ini, miss?” tanya Ellijah sambil melihat berkas.

“Lihatlah berkas itu dengan seksama.”

Ada sebuah surat tanpa nama yang ditujukan untuk Ellijah, dan juga sebuah foto yang diberi bingkai kayu.

“Apakah ini benar, Miss?”

“Dan foto ini?” mata Ellijah mulai berair.

“Itulah pesan yang disampaikan orang tuamu sebelum ia menyuruhku merawat mu menggantikannya.” jawab Miss sambil memeluk Ellijah.

“Itu adalah foto ayahmu yang sedang menggendong mu, dan di sebelahnya ada kakakmu yang duduk di pangkuan ibumu.” kata miss sambil menunjuk ke foto.

“Foto itu di ambil saat kau berumur 3 tahun.”

“Sayangnya setelah pemotretan itu, ayahmu beserta ibu dan kakak langsung menghilang pada keesokan harinya.”

“Dan berkas berkas ini sudah ada di ruang tamu ku.” kata miss menambahi.

“Isi surat nya adalah daftar orang orang yang harus kau habisi nyawanya, karena mereka semua telah mengkhianati ayahmu. Merebut apa yang telah dibangun ayahmu dari awal. Mereka adalah orang orang yang menyalahgunakan sebuah produk zat adiktif dan memicu terjadinya banyak perang di antar negara.”

“Tentu saja ayahmu tidak setuju akan hal itu, karena sirup itu dapat digunakan untuk memata matai sebuah negara, hingga mencuri informasi dari negara tersebut.” kata miss menjelaskan.

Lihat selengkapnya