ELOK BERDARAH

Mona Cim
Chapter #6

Penjelasan Dari Maulana

Galam berpamitan dengan Sanadi dan Aminah. Tak lupa Danar yang menyalami Galam terlebih dahulu. Malam sekitar pukul sembilan malam Galam memutuskan untuk pulang. Saat keluar dari halaman rumah, tak sengaja ia bertemu dengan Nana yang membawa wadah nasi yang telah kosong. Sepertinya Nana baru saja berbagi lebihan masakan acara hari ini. Galam menghampiri Nana yang mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Pulang sekarang, Om?" tanya Nana.

"Iya, Om pulang dulu, ya."

"Hati-hati, Om."

"Eh, Na," panggil Galam membuat Nana yang ingin beranjak terhenti. Ia menatap Galam penuh tanda tanya.

"Kenapa, Om?"

Kamu tahu tidak siapa saja teman dekat Efan dan di mana saja rumahnya?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Nana terdiam. Ia masih ingat bahwa orang tuanya tidak membiarkan kasus kematian adiknya diselidiki pihak kepolisian, sedangkan Nana tahu Galam adalah seorang polisi.

"Maaf, Om. Saya nggak berani bilang. Setahu saya ibu sama bapak tidak mengizinkan siapapun melakukan penyelidikan kasus kematian Efan," sahut Nana tampak tak enak hati.

"Gapapa, Om sudah izin pada bapakmu. Om sudah janji nggak bakalan libatin orang tuamu dalam penyelidikan ini, jadi aman kamu ngasih tau Om. Setidaknya kamu kasih tahu satu orang saja teman dekat Efan," ungkap Galam.

Barulah Nana mengangguk paham. Keraguannya terkikis oleh ucapan menyakinkan dari Galam barusan. "Setahu saya teman yang paling dekat dengan Efan namanya Maulana. Rumahnya nggak jauh dari sini, di gang Kemerdekaan. Rumahnya warna hijau daun, kalau nggak salah nomor tujuh, Om," ujar Nana memberitahu.

"Baik. Terima kasih ya, Na. Om permisi dulu," ucap Galam izin undur diri.

Nana menatap ragu kepergian Galam. Ada rasa tak tenang di hatinya begitu memberitahu tentang teman Efan. Apakah Galam bisa menjamin penyelidikannya tidak berdampak pada ibu dan bapaknya?

Lihat selengkapnya