ELOK BERDARAH

Mona Cim
Chapter #16

BERTENGKAR DAN PUTUS

Galam mendengkus sambil menengadah untuk mencari ketenangan. Adzan Isya mulai terkumandang, membuat Galam menjeda sebentar obrolan mereka yang makin memanas. Sementara Edo duduk dengan kepala menunduk sambil memainkan kuku tangannya. Setelah azdan setelesai, barulah Galam memulai kembali obrolan mereka.

"Jadi Edo, yang bener yang mana? Rifky lari sama kamu atau sama Maulana" tanya Galam dengan sabar.

"Awalnya Rifky lari sama saya, Pak. Nah, kayaknya Rifky tiba-tiba belok ke arah Selatan sama kayak Maulana itu. Mungkin nyamperin Maulana. Oleh sebab itu saya nggak tau Rifky tiba-tiba hilang dari samping saya. Tau-taunya saya lari sendirian paling depan," cetus Edo dengan alibi yang lebih jelas.

Galam bertepuk tangan sekali dengan tatapan ramah ke arah Edo. Beliau lagi-lagi tersenyum simpul pada remaja itu. "Oke saya percaya sama kamu, Do. Terus ... boleh kamu ceritakan apa yang terjadi pada Efan atau Bagas dua bulan atau satu bulan belakangan ini? Saya nggak terima cerita yang membingungkan atau ketidakjujuran kamu. Kamu bohong, saya bakal tahu," pungkas Galam terdengar tenang.

"Jadi alangkah baiknya kamu jujur aja. Menutupi kebusukan itu nggak baik, Do. Nggak akan aman buat kamu. Kamu juga akan merasakan hukuman mental selama hidupmu. Rasa bersalah itu mengerikan, Do. Percaya sama saya, lebih baik jujur apa adanya. Saya bersumpah nggak akan ngapa-ngapain kamu. Saya cuma mau tahu apa motif pembunuhan Efan jikakau dia dibunuh dan bagaimana kronologisnya. Oleh sebab itu, saya butuh cerita jujur dari kamu segala sesuatu tentang Efan." Begitulah cara Galam menekan Edo agar remaja itu mau berbagi padanya dengan sebuah kejujuran.

Edo sedang mempertimbangkan apa yang Galam ucapkan. Ia teringat hari-harinya yang dirundung rasa gelisah sejak kematian Efan. Edo juga kembali teringat ketika ia mengunjungi makam Efan bersama guru dan teman-temannya saat itu. Edo menunduk, bibirnya bergerak terbuka untuk mengatakan sesuatu. Galam sangat menantikan hal itu.

"Baiklah saya akan ceritakan semuanya. Tapi saya minta tolong jangan sampai orang tahu, apalagi Bagas kalau Bapak dapat cerita ini dari saya. Saya nggak mau berurusan dengan dia, Pak," ucap Edo mengajukan syarat sebelum ia membuka cerita.

Galam mengangguk dengan senyuman tipisnya. "Kamu tenang saja. Saya orangnya menepati janji. Saya sungguh menjaga apa yang harus saya jaga, termasuk permintaan kamu yang satu ini. Saya nggak akan membocorkannya pada siapapun,"cetusnya sehingga membuat Edo percaya.

'EDO POV'

Bagas sama Efan sempat musuhan karena Bagas menuduh Efan mendekati kekasihnya yang bernama Indah. Bagas itu sudah kelas tiga SMA sedangkan kami masih kelas satu SMA. Bagas punya banyak teman yang menjadi mata-mata untuk Indah. Sejujurnya Bagas itu tahu, yang mendekati duluan itu Indah. Bagas juga tahu Indah mendekati Efan karena Efan itu tampan dan lembut orangnya. Salahnya, Bagas malah beranggapan bahwa tetap Efan yang salah. Bagas mengatakan salahnya Efan itu tampan, makanya sejak saat itu Bagas tak mau berteman dengan Efan. Saya sebagai sepupu Bagas juga otomatis mendukung Bagas. Akhirnya saya dan Efan juga tak saling komunikasi.

Setahu saya Indah sudah berulang kali meminta putus pada Bagas. Namun, Bagas tak mau putus pada Indah. Sejak saat itu, hubungan Bagas dan Indah tidak baik. Saya denger sendiri Bagas bicara pada teman-teman sekelasnya kalau Indah mempermasalahkan putusnya hubungan pertemanan Bagas dengan Efan.

Edo, Bagas, dan satu teman Bagas lainnya berjalan menuju belakang sekolah. Teman Bagas yang satu itu bernama Rehan. Bagas mendatangi tempat itu atas permintaan kekasihnya. Tampak Indah duduk di bangku bawah pohon bersama temannya berambut keriting. Bagas pun menghampiri gadis itu dengan santai.

Lihat selengkapnya