ELOK BERDARAH

Mona Cim
Chapter #18

GAGAL BERTEMU BAGAS

Nana sudah berangkat bekerja sesudah membantu ibunya mengantarkan kue ke warung-warung. Usai membereskan peralatan membuat kue tadi subuh, Aminah membuatkan teh hangat dan obat penurun panas untuk suaminya. Aminah membawanya ke kamar, mendapati suaminya duduk di atas kasur tipis berselimut dengan sarung. Aminah menaruh piring berisi secangkir teh hangat dan obat itu di sampingnya, lalu menatap Sanadi yang duduk dengan tatapan kosong.

"Pak, minum obat dulu. Nih ada teh hangat juga biar enakan sedikit badannya," ucap Aminah.

"Aku gagal, Nah," lirih Sanadi seraya mengusap wajahnya dengan gusar. Matanya memanas ingin segera menumpahkan lara di hatinya.

"Ya Allah, Pak ...." Aminah bersuara sarat akan kepasrahan. "Sudah, Pak. Sudah. Jangan disesali lagi, jangan diingat-ingat lagi. Relakan anak kita," pinta Aminah dengan nada memohon pada suaminya.

Sanadi menggeleng putus asa. "Sudah, Nah. Sudah aku berusaha untuk lupa. Sudah juga aku berdoa. Tapi hatiku sulit, Nah. Sulit," ucap Sanadi menangis pilu.

"Ada banyak hal yang perlu kita syukuri, Pak. Terlalu banyak berlarut dalam kesedihan, itu bisa berefek bagi hidup kita, Pak. Kesehatan fisik, mental, dan suasana dalam rumah kita. Allah memberikan kita kesehatan agar bisa berkehidupan yang nyaman, beribadah yang nyaman, dan bekerja dengan baik. Kalau kamu sibuk bersakit hati, itu berpengaruh pada kesehatanmu, Pak," ucap Aminah tak lelah-lelahnya memberikan nasihat pada suaminya. Kendati sejujurnya ia sangat sulit menjalankan apa yang ia nasehatkan.

Aminah memberikan obat pada Sanadi, menyuruh suaminya menelan obat itu. Lalu memberikan secangkir teh hangat tersebut.

"Jangan banyak pikiran, Pak. Ingat juga aku. Bagaimana aku kalau kamu terpuruk begini. Kamu mau aku ikut sakit juga?"

Sanadi menatap cemas Aminah sambil menggeleng. "Maaf, Nah. Jangan bicara seperti itu. Aku akan berusaha, Nah. Aku akan berusaha," ucap Sanadi mencoba menyakinkan istrinya yang menatapnya kecewa.

"Setelah ini kamu istirahat dulu. Aku mau memeriksa jualan kue di warung," ucap Aminah beranjak dari sana.

***

Target Galam selanjutnya ada Bagas. Galam menaruh kecurigaan paling tinggi pada pemuda itu. Mengingat penjelasan dari cerita Edo, Galam berasumsi jikalau Bagas pasti tahu banyak tentang kejadian sebelum Efan meninggal atau bahkan dia pelakunya?

Galam mendatangi rumah Bagas. Rumah Bagas terlihat sederhana. Rumah tersebut terbuat dari kayu, tetapi memikili ukuran yang cukup besar. Galam turun dari motornya, memasuki pagar rumah yang terbuka itu. Galam berdiri di depan pintu kayu berwarna hitam, lalu mengetuknya.

Ketukan ketika Galam mendengar langkah seseorang dari dalam menuju pintu. Tak lama pintu tersebut terbuka, menampilkan sosok pria dewasa tak memakai atasan. Lengan kiri pria itu tercetak jelas tato yang cukup besar dan perawakan yang tampak kurus. Galam menduga ia salah rumah, tetapi ia memilih untuk mengutarakan maksudnya saja.

"Selamat sore, Mas. Apakah ini benar rumahnya saudara Bagas?" tanya Galam.

Pria itu berdecak malas dengan helaan napas yang memperjelas jengahnya ia. Galam mencoba menenangkan emosinya yang sedikit tersentil karena ekspresi pria itu.

"Dia nggak ada di rumah," sahut pria itu malas.

Lihat selengkapnya