ELOK BERDARAH

Mona Cim
Chapter #20

MEMELUK SUNGAI

Maghrib sudah berlalu tetapi Sanadi belum juga pulang dari mushala. Aminah dan Nana tampak berpakain gamis yang rapi. Mereka akan menghadiri acara haul tetangganya yang berada di depan kampung.

Aminah menghampiri Danar yang baru saja keluar kamar usai selesai mandi. Hari ini Danar lembur, jadi tak sempat untuk shalat maghrib bersama Sanadi di mushala.

"Nar, kalau bapak pulang, bilang Ibu sama Nana ke acara haul, ya," ucap Aminah berpesan pada putranya.

"Iya, Bu. Bapak santai di mushala mungkin, Bu. Makanya belum pulang juga. Tapi kalau belum datang juga sampai mau Isya, nanti Danar coba lihat ke sana," sahut Danar sambil menggelar sajadah di lantai.

"Iya. Kalau gitu Ibu pamit dulu, ya."

"Iya, Bu. Hati-hati," sahut Danar.

Di sisi lain, Sanadi tengah berjalan seorang diri di siring. Pikirannya kembali mengingat perkataan Galam ketika tak sengaja bertemu di mushala tadi. Sanadi heran mengapa Galam ada di mushala itu padahal tak ada mampir ke rumahnya.

"Loh, Galam. Kok kamu ada di sini?" tanya Sanadi ketika shalat selesai dan mereka bersalaman.

"Eh, iya, Mas. Eumm ...." Galam membawa Sanadi menjauh dari orang-orang. "Tadi saya ketemu sama temannya Efan. Y-ya ... saya penasaran dimana lokasi Efan tenggelam. Saya tanyain dan dia tunjukin tempatnya," pungkasnya menjelaskan.

"Di-dimana, Galam?" tanya Sanadi bergetar.

"Di dekat jembatan, Mas. Di sisi siringnya itu ada tanda silang warna merah. Entah siapa yang nandain tempat itu," lontar Galam.

"Itu tempat orang dulu pernah tenggelam juga, Lam. Orang kampung mungkin yang menandai tempat itu biar anak-anak sini nggak main di sana," ungkap Sanadi.

Galam terkejut mendengar fakta baru itu. "Aneh sekali. Seolah-olah sengaja memilih tempat itu sebagai tempat menceburkan diri," gumam Galam.

"Sudahlah, Galam. Kamu jangan terlalu lelah mencari soal ini. Saya dan keluarga sudah berusaha melupakan hal ini. Saya pun walau sulit masih mencoba melupakannya. Kalau faktanya terus kamu usut, takutnya saya makin tak rela," ucap Sanadi merasa sedih.

"Saya sudah izin sebelumnya sama, Mas. Saya akan terus mengusut diam-diam sebagai pemuas rasa penasaran saya aja. Saya nggak bakal bikin keributan, Mas. Kalau Mas penasaran soal hasil penyelidikan saya, Mas bisa datang pada saya. Kalau gitu, saya permisi, Mas." Galam izin undur diri setelah mengungkapkan isi hatinya.

Lihat selengkapnya