ELOK BERDARAH

Mona Cim
Chapter #21

REKAYASA

Aminah membuka lemari baju anak bungsunya. Sulit sekali untuk tidak bersedih. Bahkan dari dalam matanya air mata berdesakan ingin segera keluar. Aminah menguatkan hatinya sambil memejamkan mata. Ia tak boleh rapuh lagi, suaminya saja sudah mulai membaik dari depresinya.

Aminah mengeluarkan satu per satu pakaian anaknya dari dalam lemari. Renacanya mau ia sumbangkan saja dari pada tak terpakai, mending jadikan amal jariyah untuk almarhum putranya.

Sanadi memasuki kamar Efan, menemukan istrinya yanh sedang mengeluarkan baju-baju anak bungsu mereka. Sanadi pun memilih duduk juga di sana.

"Kenapa dikeluarkan, Bu?"

"Mau disumbangkan aja, Pak. Dari pada di sini nggak terpakai, juga buat kita ingat Efan terus. Mending kita jadikan amal jariyah aja buat dia," tutur Aminah menjelaskan.

Sanadi mengangguk paham. "Aku ambil kardus dulu, Nah. Biar enak nyusunnya dalam kartus terus di bawa ke panti asuhan aja," ucapnya seraya berjalan keluar kamar.

Tak lama Sanadi datang membawa sebuah kardus. Pria paruh baya itu membantu memasukan baju-baju Efan ke dalam kardus. Hatinya sudah cukup kuat sekarang. Matanya sudah tak menangis, kendati pikirannya berdesakan ingin mengingatkan Sanadi tenang anak bungsunya itu. Tidak boleh, Sanadi tak boleh kalah lagi. Malam tadi ia sudah berjanji dengan Efan dan dirinya sendiri bahwa ia akan segera melupakan dan mengikhlaskan anak bungsunya itu.

Aminah beranjak sebentar dari kamar Efan entah ke mana. Tak lama ia datang membawa tas berwarna abu-abu tak begitu besar. Sanadi memperhatikan Aminah membuka tas itu. Aminah mengeluarkan baju-baju Efan sewaktu kecil. Rencananya dulu mau dipakai calon anak Danar, jikalau Danar sudah menikah. Namun, takdir berkata lain. Aminah memilih baju itu disumbangkan juga agar tak ada lagi kenangan tentang Efan di rumah itu.

"Baju Efan waktu kecil, Pak. Nah, ini baju paling dia suka. Kata kamu waktu itu baju model," ucap Aminah terkekeh menatap baju berwarna navy yang ia pegang.

"Waktu itu Efan seneng banget, Bu. Aku yang belikan baju itu rasanya ikut senang juga. Aku sempat berpikir Efan nanti kalau sudah dewasa bisa masuk dunia hiburan. Jadi model atau artis, hidupnya enak nanti," ungkap Sanadi terkekeh miris. "Tapi ... takdir yang datang seperti ini,"lirihnya.

"Seperti ini bagaimana? Bahkan Efan sudah mendapat apa yang dia mau. Dia hidup enak di sana, Pak. Anak kita duluan masuk surga," ucap Aminah tersenyum senang dengan linangan air mata.

Sanadi tertawa sambil mengangguk. "Iya, Bu. Pokoknya nanti kalau kita pulang juga, Efan harus ajak orang tuanya ke surga. Tak mau tau aku, Bu,'"tuturnya menangis tanpa suara.

***

Lihat selengkapnya