FLASHBACK
Rifky berlari dengan kencang ketika aksi kejar-kejaran itu malah mengarah pada mereka. Rifky memutuskan untuk melompat dari siring, lalu berlari hendak menuju rumahnya. Rifki sempat jatuh karena kakinya tersandung. Saat Rifky hendak berdiri, rasa ngilu pun menjalar pada kakinya.
Rifky yang merasa aman dari aksi kejar-kejaran itu memilih berjalan santai karena kakinya tak bisa dipaksa berlari. Saat hendak memasuki gang menuju rumahnya, Rifky melihat orang-orang yang tadi kejar-kejaran berkumpul di bawah pohon sambil tertawa terbahak-bahak. Rifky memicing matanya, ia mengenal salah satu dari mereka. Seorang pria berambut panjang sedikit ikal. Pria itu pernah Rifky lihat berkendara dengan Bagas. Rifky mulai berpikiran yang buruk tentang kejadian hari ini. Sayangnya, Rifky tak bisa mendengarkan percakapan mereka karena letaknya terlalu jauh.
Rifky melihat mereka mulai bubar satu per satu. Tersisa tiga orang yang masih bertahan di tempat itu. Sesaat Rifky hendak pergi, ia melihat Bagas datang dengan pakaian yang basah.
"Bagas kok ...." Rifky tak habis pikir dengan apa yang ia lihat. Rifky mengeluarkan ponselnya yang kecil, lalu memotret Bagas dan teman-temannya itu.
Setelah itu Rifky memutuskan untuk pulang ke rumahnya dengan langkah pelan karena kakinya yang terasa masih ngilu. Pikiran Rifky berkecamuk, berbagai tuduhan pada Bagas terngiang di kepalanya.
Flashback End
Edo dan Maulana terkejut mendengar cerita dari Rifky barusan. Mereka sama sekali tak menduga dengan hal itu.
"Kok bisa Bagas akrab sama mereka?" tanya Maulana. "Berarti itu bukan kejar-kejaran antara maling dan polisi?" tanya Maulana bingung.
"Kayaknya bukan. Aku malah menduga suruhan Bagas," sahut Rifky.
"Jangan asal kamu, Rif. Fitnah tuh bahaya banget. Kamu sendiri yang rugi nanti. Buat apa Bagas ngelakuin itu? Dia kan nggak tau sebelumnya kalau hari itu memergoki Efan chatingan sama pacarnya," ucap Edo melayangkan pembelaan.
"Ya bisa aja. Kalau enggak, kenapa Bagas malah nyamperin mereka? Kan dia ikut kabur juga. Alasan dia kabur kenapa? Takut? Kalau takut kok setelah itu malah disamperin?" tanya Rifky bertubi-tubi membuat Edo terdiam dengan pemikirannya.
"Y-ta tetap aja nggak bisa pastiin kalau itu rencana Bagas. Kamu udah ceritain ke Om Galam? Kalau iya, kacau banget. Om Galam pasti langsung nyari Bagas buat diwawancarai kayak kita," kata Edo dengan tegas.
Maulana memutar bola matanya sinis. Ia tak suka dengan tanggapan Edo yang seolah-olah menutupi perbuatan sepupunya. "Kok kamu dari tadi belain Bagas, Do?"