ELOK BERDARAH

Mona Cim
Chapter #28

BERTEMU INDAH

Perdebatan antara Bagas dan Rifky semalam membuat suasana pertemanan mereka menjadi semakin berjarak. Baik Bagas maupun Rifky tak pernah tegur sapa lagi. Maulana menyarankan agar Rifky jangan keluyuran untuk sementara waktu, kalau-kalau Bagas menyerbu Rifky bersama teman-temannya itu.

Malam minggu biasanya mereka pergi ke tongkrong ataupun sekadar ke bioskop. Namun, kali ini Rifky dan Maulana berkumpul di rumah Edo untuk menginap sambil membahas persoalan tentang Efan yang sejak perdebatan itu menciptakan tanda tanya besar di kepala mereka. Sayang sekali waktu itu hujan mulai turun, membuat mereka tak melanjutkan pembicaraan dan pulang ke rumah masing-masing.

Edo membawa mangkuk besar berisi mi instan kuah yang sudah ia masak sebelumnya. Sekitar lima bungkus mi instan digabung menjadi satu dan itu mereka makan bersama-sama sambil menonton televisi.

"Bagas nggak ada ganggu kamu kan, Rif? Ada nggak dia SMS atau apa?" tanya Edo sebelum menyeruput mi kuah itu.

Rifky menggeleng. "Nggak ada. Cuma tetap harus hati-hati. Orang yang akalnya picik ada aja rencananya buat jahatin orang tanpa orang itu duga sebelumnya. Kayak yang dia lakuin ke Efan, nyangka nggak kalau preman dikejar polisi itu ternyata teman dia juga? Nggak nyangka 'kan? Walau Bagas mengelak, tapi tetap bikin curiga dan aku yakin emang dia yang rencain ini dari awal," celoteh Rifky lancar. Ia sudah muak dengan kelakuan Bagas itu. Sejak melihat apa yang Bagas lakukan, Rifky kehilangan respeknya pada pemuda itu. Rifky tak menyangka Bagas akan selicik dan semengerikan itu.

Edo mengangguk. "Bagas emang punya tongkrongan lain bareng si Ari. Tongkrongannya dekat rumah si Ari. Anak geng motor, anak punk gitu. Banyak dari mereka yang nggak sekolah," pungkas Edo memberitahu.

"Eh, beneran, Do?" tanya Maulana terkejut.

"Iya. Aku pernah diajak sekali ke tongkrongannya. Cuma waktu itu orang-orangnya belum pada datang. Kebetulan mau hujan terus mamaku mau datang malam itu. Akhirnya begitu temannya pada datang, aku cabut. Nggak sempat liat jelas muka mereka, yang aku ingat emang style berandalan gitu," jelas Edo.

Rifky geleng-geleng tak habis pikir dengan kelakuan Bagas bagai setan itu. "Berarti bener itu rencana Bagas. Dia suruh teman-temannya buat sandiwara kayak dikejar polisi biar kita pada takut dan kabur," tuduh Rifky.

"Tapi kan Bagas sudah baikan sama Efan sejak seminggu yang lalu waktu itu. Dia juga nggak tau kan kalau Indah SMS Efan sebelumnya?" sanggah Maulana.

"Justru itu, Lan! Bagas baik-baikin Efan untuk memuluskan rencana bejat dia. Dengan dia baikan dengan Efan, dia punya kesempatan buat ngelakuin rencana itu. Dia sengaja ngajak kita kumpul di siring, dekat sungai. Dia nyuruh teman-temannya buat sandiwara. Dia tahu yang kejar-kejaran itu teman dia, kenapa dia malah ngajak kita kabur? Bayangin!" cetus Rifky menggebu-gebu. Ia tumpahkan prasangka yang selama ini ia simpan.

Edo termenung, Maulana pun tertunduk dalam. Maulana merasakan bulu kuduknya merinding begitu membayangkan fakta yang Rifky sebutkan. Jika itu benar, alangkah malangnya Efan dan begitu mengerikannya Bagas.

"Fakta ini diperjelas sama aku yang lihat Bagas dengan badan basah nyamperin teman-temannya yang dikira dikejar polisi itu. Mereka akrab banget. Bagas kayak ngucapin terima kasih gitu," ungkap Rifky lagi untuk memperkuat dugaannya. Maulana dan Edo mulai goyah, prasangka baiknya pada Bagas pun kian memudar. Ada benarnya juga apa yang Rifky katakan. Semua yang pemuda itu katakan terdengar sangat logis dengan kenyataan yang mereka ketahui. Dengan kata lain, Bagas memang ada hubungannya dengan kematian Efan tersebut.

"Secara tidak langsung Bagas tipu kita juga berarti," celetuk Maulana.

Lihat selengkapnya