Indah pulang lebih malam dari janjinya dengan sang ibu. Rupanya sang ibu khawatir hingga tak tidur menunggui Indah di ruang tengah. Begitu Indah masuk rumah, ia langsung diboyong dengan pertanyaan penuh kekhawatiran. Dari mana saja? Mengapa baru pulang? Wajarlah, Indah adalah anak gadis satu-satunya di keluarga itu. Indah pun duduk di sofa sambil melepas sepatu dan kaus kakinya.
"Indah tadi diajak ngobrol sama omnya Efan, Mah," ucap Indah memberithu.
'Omnya Efan? Temanmu yang meninggal itu 'kan?" tanya ibunya menebak.
Indah mengangguk. "Iya, Mah. Katanya Om itu lagi menyelidiki kasus kematian Efan deh."
"Tapi kok malah kamu yang ditanyain? Hati-hati loh, Nak. Jangan sampai kamu salah bicara dan menjadi tersangka. Mamah nggak mau kamu terlibat kasus kayak gini. Ngeri," ujar Bu Asila, namanya ibu Indah.
"Enggak kok. Omnya Efan itu cuma butuh keterangan aja dari teman-temnnya Efan. Bukan cuma Indah kok, temen Efan yang lain katanya juga sudah diwawancarai. Indah ya jawab apa adanya aja. Cuma ... beliau kayak menuduh Bagas deh, Mah. Katanya Bagas tersangka utamanya untuk saat ini."
Bu Asila mendesah resah, ia sangat khawatir dengan keselamatan anaknya. "Makanya kamu tuh jangan pacaran sama orang kayak Bagas. Sudah tahu dia itu cowok yang nggak bener, mau aja pacaran sama dia. Ya emang dia nggak macem-macem sama kamu, tapi kelakuan dia itu menakutkan. Kalau bener Bagas yang buat Efan meninggal gimana? Ibu juga malu kamu pacaran sama cowok yang pernah bunuh orang," celoteh Bu Asila lancar.
Indah menunduk dengan raut lesunya. "Indah juga menyesal kok, Mah, pacaran sama Bagas. Dia kasar banget jadi cowok. Makanya Indah suka sama Efan."
Bu Asila makin berdecak kesal. "Terus Bagas tau kamu suka sama Efan?"
Indah tak menjawab, ia hanya menunduk dengan tatapan lurus ke bawah. Bu Asila semakin mendesah kecewa, beliau teramat kalut.
"Ini bisa jadi motif Bagas tau nggak sih, Ndah? Polisi bisa membulatkan motif pembunuhan ini. Gara-garanya Bagas yang cemburu kamu suka sama Efan. Lalu dia berniat balas dendam. Apa nggak kamu tertuduh kalau kayak gitu?"
Indah menangis mengusap matanya dengan lengan. Benar kata ibunya, hal seperti ini bisa terjadi. Apalagi di hari kejadian dia mengirimkan chat ke Efan dan pada saat itu Efan sedang kumpul dengan Bagas.