ELOK BERDARAH

Mona Cim
Chapter #30

SUDUT PANDANG INDAH

Indah Pov

Saya sudah lama menyukai Efan sebelum saya mulai berani mendekati dia. Ibu saya pun sebenarnya melarang saya berpacaran dengan Bagas karena dia bukan lelaki yang baik di pandangan ibu saya. Teman-teman saya pun tidak suka dengan perilaku Bagas. Namun, apa boleh dikata nasib sudah menjadi bubur. Bagas mengajak saya pacaran saat saya memang tak ada pacar dan waktu itu Bagas juga terlihat baik.

Semakin hari saya melihat kelakuan asli Bagas. Dia punya dua kubu pertemanan. Kubu pertemanan di sekolahnya lebih baik. Ada Efan, Edo, Rifky, dan Maupana. Tak jarang saya ikut nongkrong di kantin bareng mereka. Di saat itulah saya kenal Efan dan tertarik padanya.

Saya tahu yang menyukai Efan bukan cuma saya, tapi ada beberapa siswi lain. Salah satu siswi yang menjadi saingan terberat saya adalah Nia. Nia itu termasuk siswi tercantik di sekolah. Tak tahu efek dari rasa suka kami ke Efan, kami pun berlomba untuk mendapatkan perhatian Efan.

Sepengetahuan saya, Nia itu disukai oleh Ari—teman Bagas dari kubu satunya—yang satu lingkup sama pertemanan Bagas di luar. Jika dibandingkan, lebih nakal Ari ketimbang Bagas. Saya sering memperingati Nia kalau Ari menyukai dia dan bisa saja Ari berbuat yang tidak-tidak kepada Efan karena cemburu. Nia membalas kalau Bagas bisa jadi melakukan hal yang sama.

Saya pun goyah dengan perkataan Nia. Bisa saja apa yang Nia katakan itu benar. Bagaimana jikalau Bagas tahu saya menyukai Efan. Apa yang akan Bagas lakukan?

Sehari sesudah perdebatan kami di toilet, saya mendengar kabar kalau Efan dan Bagas berkelahi di belakang sekolah. Saya dan teman-teman saya langsung ke sana. Benar, Efan dan Bagas berkelahi. Ternyata penyebabnya adalah karena saya menyukai Efan. Saya curiga Nia yang mengadukannya pada Bagas. Bagas tak akan tahu jikalau tidak ada yang memberitahu dirinya.

Hari itu saya dan Bagas berdebat di belakang sekolah. Bagas pernah keceplosan kalau dia bakal hajar Efan. Sejak saat itu saya sudah tidak berani mendekati Efan lagi. Setahu saya sekitar sebulan Bagas dan Efan tak bertegur sapa, hingga saya dengar kabar dari teman kalau Bagas temenan lagi sama Efan. Benar ternyata, saya lihat Bagas kumpul bareng Efan dan teman-temannya lagi. Saya merasa lega, kekhawatiran saya pun hilang.

Perasaan memang tak bisa bohong. Saya masih menyukai Efan. Melihat Bagas sudah berteman dengan Efan, saya kira Bagas sudah tak memiliki dendam apapun lagi sama Efan. Saya mulai akrab lagi sama Efan. Pokoknya kalau di depan Bagas, saya berusaha untuk menekan perasaan saya. Namun, Nia benar-benar mencari kesempatan. Dia lebih sering mendekati Efan mentang-mentang saya tidak bisa melakukannya lagi karena Bagas. Akhirnya saya memutuskan untuk mengadukan hal ini pada Ari waktu itu.

Kelas Indah sedang melaksanakan jam olahraga. Guru pengajar berhapangan hadir hingga hari itu kelas yang Indah tempati hanya olahraga mandiri saja di lapangan. Sebagian dari mereka bahkan memilih pergi ke kantin atau nongkrong di tempat lain.

Saat itu Indah melihat Ari diam-diam menuju kantin. Indah hapal apa yang dilakukan Ari. Apa lagi kalau bukan membolos dan diam-diam membeli makanan sebelum waktu istirahat. Pada saat itulah Indah mendekati Ari di kantin untuk mengadukan soal Nia yang mendekati Efan.

Lihat selengkapnya