Bagas membeli rokok setelah pulang sekolah di sebuah warung pinggir jalan. Ia melanjutkan perjalanan menuju tempat tongkrongan. Saat hendak sampai, Bagas tak sengaja melihat Galam masuk ke dalam sebuah gang yang ia ketahui rumah Ari. Bagas memilih berhenti di bawah pohon untuk memantau ke mana Galam akan pergi setelagnya.
"Ngapain tuh orang ke rumah Ari? Nggak selesai-selesainya soal Efan," gerutu Bagas kesal.
Tak lama Galam keluar dari gang rumah Ari, lalu belok ke arah kanan. Bagas pun mengikuti pria dewasa itu dari arah belakang. Bagas terkejut melihat Galam berhenti di tempat tongkrongannya. Sekitaranya ada tujuh pria di sana. Tiga pria dewasa bertato dan empat lagi berusia belasan tahun. Mereka menatap waspada Galam yang menghampiri mereka.
"Selamat sore!" sapa Galam dengan ramah.
Pria bertato dengan kaus oblong hitam mendekati Galam dengan tatapan meremehkan dan sok jadi jagoan.
"Ada perlu sama kami?" tanya pria itu menatap Galam main-main.
Galam terkekeh, ia tetap tenang menatap pria itu. "Benar, saya ada keperluan dengan kalian. Bisa kita ngobrol dengan santai?"
Pria itu tertawa sumbang, teman-temannya pun melakukan hal yang sama. Pria dengan tato di baju kanan pun mendekati mereka.
"Silakan. Mau wawancara? Berapa bayaran kita? Suara emas, berharga nggak ada yang gratis!"
Mereka semua tertawa dengan lelucon tersebut. Galam sejujurnya geram, tetapi ia harus fokus rencananya. Ia akan melakukan wawancara dengan tenang. Galam merogoh buku catatan dari balik jaketnya dan sebuh pulpen. Galam menatap mereka serius, terutama pada pria yang mengajaknya bicara pertama kalianya.
"Sekarang saya tanya, kalian temannya Bagas 'kan?" tanya Galam pada intinya.
Salah satu remaja berambut ikal langsung menyertujuinya. Dia mendapatkan tatapan tak suka dari beberapa temannya.
"Perkenalkan dulu, Saya Galam, saya seorang polisi. Saya akan menggali informasi tentang kematian adik sepupu saya," ucap Galam membuat mereka semua terkejut dengan ekspresi berbeda-beda. Galam tersenyum penuh arti menatap mereka satu per satu.
"Kami kenal Efan aja enggak," celetuk pria bertato pundak kanan.
"Hebat ya kamu tau nama orang yang saya sebut adik sepupu itu," ucap Galam terkekeh. Pria tersebut langsung menyesali celetukannya tadi.