Hari Sabtu kelas kelas berakhir tak begitu lama. Gerbang sekolah tampak dipenuhi oleh para murid yang ingin pulang ke rumah masing-masing. Kebanyakan dari mereka menggunakan sepeda dan berjalan kaki. Tak sedikit juga yang menggunakan sepeda motor.
Indah hari ini pulang bersama temannya, Putri. Mereka berboncengan dengan Putri yang mengendarai motor tersebut. Di persimpangan jalan yang sepi, mereka dikejutkan dengan sosok Bagas yang menghalangi jalan mereka. Putri bergumam khawatir pada Indah yang duduk di belakangnya. Indah tampak enggan turun dari motor, ia juga gugup melihat kedatangan Bagas yang tiba-tiba.
Bagas turun dari motornya dan mendekatinya. Indah sudah pasang siaga untuk melakukan perlawanan pada Bagas jikalau pemuda itu macam-macam terhadapnya.
"Mau apa kamu?" tanya Indah tanpa turun dari motor Putri.
"Aku mau ngomong sama kamu sebentar. Kamu ikut sama aku, Ndah," pinta Bagas dengan nada bicara biasa saja.
"Aku nggak mau. Disuruh sama mama pulang cepat, Gas. Maaf, ya," tolak Indah takut-takut.
Tanpa Indah duga, Bagas menarik lengannya hingga ia turun secara paksa dari motor Putri. Putri yang melihat itu tentu saja langsung bereaksi.
"Eh, Kak! Jangan macam-macam sama Indah!" tegur Putri.
"Apaan sih, Gas! Main tarik-tarik aja!" protes Indah sambil melepaskan genggaman tangan Bagas pada lengannya.
Bagas menatap Indah dengan tatapan dingin. "Pasti kamu sudah ketemu sama omnya Efan 'kan? Si polisi yang nanya-nanya soal kematian Efan?" tudingnya.
Indah berusaha menutupkan keterkejutannya ketika tahu Bagas mengetahui hal itu. "Nggak ada. Apaan sih kamu asal tuduh."
"Alah jangan alesan. Pasti kamu kan yang bocorin tempat tongkrongan kami?"
"Nggak ada!"
"Nggak ada apanya? Yang tahu tempat tongkrongan kami ya cuma Edo sama kamu, Ndak. Mau ngelak lagi?" balas Bagas dengan nada meninggi.
Indah berkaca-kaca dengan rasa kesal yang membuncah dalam dadanya. "Iya emang kenapa? Aku ditanya ya dijawab kalau nggak dijawab juga bakal dipaksa," ungkap Indah jujur.
"Cewek gila!" Bagas mendorong Indah hingga gadis itu jatuh ke bawah. Indah menangis keras dan Putri turun dari motornya sambil berteriak minta tolong.