Hari ini Galam mendatangi rumah Ari. Kedua orang tua Ari tampak terkejut melihat Galam masih menggunakan seragam polisi. Namun, sayangnya Ari tak kunjung pulang ke rumah semenjak dua hari lalu. Itulah keterangan yang Galam dapatkan dari kedua orang tua Ari.
Galam tak berputus asa sampai di situ. Pria dewasa itu terus mencari koneksi Ari. Galam sudah menanyai teman-teman Ari, tetapi tak kunjung mendapatkan kejelasan di mana Ari saat ini. Namun, kali ini Galam tak melakukannya sendiri. Beberapa anggota kepolisian terlibat pencarian. Berkat pemeriksaan salah satu teman Bagas yang tertangkap, polisi menetapkan pria bertato itu positif pengguna narkoba jenis sabu-sabu. Sedangkan dua remaja yang ikut tertangkap, bukan pengguna narkoba atau obat-obatan terlarang lainnya. Kedua remaja itu mengaku hanya ikut minum-minuman keras saja dan itu hanya sedikit.
Galam menghentikan motornya di pinggir jalan. Ia mencoba menghubungi Indah untuk meminta bantuan. Galam menanyakan soal keberadaan Nia—gadis yang disukai Ari. Galam berpikir, ia akan mendapatkan petunjuk dari gadis itu. Tak banyak bertanya, Nia mengatakan ia akan memintakan nomor ponsel Nia pada temannya. Galam menunggu dengan sabar. Hingga beberapa menit kemudian Inda mengiriminya nomor telepon Nia.
"Halo selamat sore! Ini saudari Nia, apakah benar?" sapa Galam ramah.
"Benar, Pak. Ini siapa, ya?"
"Perkenalkan saya Galam, saya Om Efan. Maksud saya menelepon kamu, saya mau mengajak kamu berbincang sedikit, Nia. Apakah boleh saya minta waktunya sebentar? Tapi jika kamu tidak keberatan kita bertemu tatap muka saja," jelas Galam.
"O-oh gitu. Gimana ya, Om ... orang tua saya tidak mengizinkan saya ketemu sama orang asing."
"Oh tidak apa, Nia. Saya yang akan ke rumah kamu. Jadi aman ada orang tuamu di rumah. Bagaimana, Nia?"
"Ya sudah boleh, Pak. Saya kirimkan setelah ini alamatnya."
"Baik. Terima kasih ya, Nia. Selamat Sore! Maaf mengganggu waktunya."