Elusif

NAA
Chapter #11

#11 Seketika Memejam

Pada Akhirnya

Pada akhirnya semua tentangmu akan menjadi lembaran-lembaran using yang kusimpan di sudut ruang

Tempat aku bernaung dari segala kenang yang tercipta

Tak secuil pun niat memusnahkannya

Sebab kutahu perlahan rayap akan melahapnya

Menjadikannya serbuk-serbuk halus

Lalu lenyap tak bersisa terbawa oleh angina

Detik ini kuratapi diri dalam gelapnya pilu

Kian hari rambutku berguguran, wajahku kusam, mataku sembab

Bahkan lingkaran hitam kini menghiasianya

Cairan bening menggenang di pelupuk mataku

Terkadang menampakkan diri

Membentuk sungai kecil di permukaan wajah yang mulai memucat

Pada akhirnya aku sadar kau tak sama denganku

Amat menyakitkan kala diri berjuang sendiri

Satu nama yang selalu kurapal ditiap akhir ibadahku

Nama yang menjadi wadah untukku menaruh harap

Rupanya beralih menjadi penyebab luka yang aku tuai

Bak pedang yang menghunus tepat di jantung sang insan

Seketika detaknya berhenti

Pada akhirnya aku sadar

Kau hanyalah pelajaran berharga dalam hidupku

Berkatmu aku tahu bahwa melepas adalah sebaik-baik dari berjuang untuk melupakan

Sebab aku yakin, aku tak akan mampu melupa

Akan ada saatnya kau hadir dalam benak

Namun kupastikan, mengingatmu dalam damai adalah kemampuanku

Sedari tadi Kirana bergumul dengan pena dan kertasnya. Merangkai kata perihal hubungannya dengan Genta. Menafsir hilangnya Genta beberapa bulan ini karena untuk menghindarinya. Amat sakit dibayangkannya. Kini ia kembali menggoreskan tinta di atas kertasnya. Kebiasaan yang telah lama ditinggalkannya.

Elusif

Di tempat ini kita kerap memanjakan netra

Menatap simerah yang perlahan lenyap

Direnggut sijubah hitam yang kelam

Tuan, bukankah anjangsana telah kurakit untukmu?

Jauh sebelum semburat merah itu meredup

Telah kulingkarkan pula separuh asa di lehermu

Kala diri merindu dan memilih menaruh harap

Lihat selengkapnya