Emak-Emak Sekolahan

R Fauzia
Chapter #7

Cinta dalam Satu Paket

Tiga kali Ambar mengetuk daun pintu bercat putih tanpa ada hingga akhirnya ia memutuskan untuk membukanya tanpa menunggu persetujuan dari dalam kamar. Seperti yang sudah diduga, sang penghuni tengah berbaring di kasur.

“Mama kira, kamu sudah tidur, Nak,” ucap Ambar tanpa memberi teguran atas aksi mendiamkan ketukan tadi. Tiara yang tengah berbaring dengan posisi tengkurap, sama sekali tidak bereaksi. Gadis remaja yang telah mengenakan piama warna pink itu tetap menahan pandangan ke layar laptop. Walaupun sudut matanya bisa menangkap gerakan sang mama yang berjalan mendekat, lalu duduk di tepi tempat tidur, Tiara tetap bergeming.

“Itu foto waktu jalan-jalan ke Malang, ya Nak?” tanya Ambar lembut seperti biasa sambil memberi usapan sayang di kepala sang putri kesayangan. Alih-alih memberi balasan yang manis, gadis itu malah memberi tepisan di tangan mamanya.

Hati Ambar sedikit terusik, namun dengan tetap sabar, ibu enam anak itu berkata lagi, “Maafin Mama, ya Sayang. Kemarin, Mama maksa kamu manggil Om Anto, Papa.”

Takada komentar dari Tiara.

“Mama kemarin cuma menjaga supaya Papa … Maaf! Supaya Om Anto tidak jadi perhatian teman-teman lamanya. Nanti mereka bingung kenapa karena kamu masih manggil Om.”

“Mama, apa sih? Males, aku ngomongin itu!”

“Tiaraaa …” Teguran lembut bernada kecewa itu diikuti beberapa detik keheningan. Walau akhirnya, masih dengan nada ketus, Tiara bertanya, “Mama ke sini, cuma ngomongin suami Mama?”

Ambar menghela napas panjang, lalu menggeleng.

“Bukan, Sayang.”

“Ya udah, ngapain muter-muter!”

Tadi, Om Han minta Mama daftar bimbel buat kamu. Harus besok, katanya. Om Anto setuju sama Bimbel pilihan kamu, Nak. Mbak Nike bilang itu paling bagus.”

“Oh.” Datar satu kata itu, terdengar.

“Om Anto tanya, kenapa enggak ambil yang privat eksklusif saja.”

“Enggak mau!”

“Bukannya lebih efektif, Dek?”

“Cuma berdua’an sama kakak mentor, Ma! Mending kalo cakep!”

Lihat selengkapnya