Emak-Emak Sekolahan

R Fauzia
Chapter #11

UKT Versus UGD

Mungkin hanya sekitar dua puluh menit, Wiwid bersama Ambar serta Erina berada di dalam ruang kerja Ibu Tania, gawai mereka sudah dibanjiri hampir seratus chat dari para pengurus Angkatan 1223. Mereka bertiga sudah berpindah ke ruang duduk khusus tamu di lobi Sekolah.

“Waduh … Waduuuh! Kok, jadi heboh begini?” Erina bertanya bingung setelah melakukan scroll up dan membaca cepat diskusi panas di grup yang dimulai oleh sindiran Hesti yang menyebut adanya grup dalam grup inti.

Melihat reaksi rekannya, Ambar pun membuka grup, kepalanya bergeleng-geleng pelan saat membaca. Hanya Wiwid yang tidak membuka ponselnya karena ia sudah lebih dulu menduga bahwa kejadian dengan Hanum tadi pasti akan tersebar dalam hitungan menit. Namun akhirnya, ia bertanya, “Si Hanum, dia bilang mau mundur ‘ga di grup? Pasti enggak!”

“Iya, Mbak. Enggak bilang,” jawab Erina, “Kok, Mbak Wid tahu?”

“Udah kenal gue sama sifatnya dia!”

“Jadi saya harus bagaimana, Mbak Wid?” Ambar bertanya sedih. Istri Purnawirawan Jenderal yang rendah hati itu merasa taknyaman dengan komentar-komentar menuduh yang baru saja dibacanya.

“Diemin, aja! Jangan dijawab!”

“Apa enggak aneh, Mbak Wid? Masa kita diam aja, begitu,” kata Erina.

“Jangan diem, aja Neng! Kita bikin pengumuman soal itu, tuh! Acara 17’an! Biayanya berapa dan donaturnya siapa.”

“Donaturnya enggak mau disebut namanya, Mbak.”

“Ya udah, tulis aja Hamba Allah!”

“Siap, Mbak! Aku …”

“Eh, jangan lu, Erin! Sekretaris aja yang bikin pengumuman,” ucap Wiwid, kemudian ia menoleh pada Ambar, dan bertanya, “Gue yang minta Pak Raja apa Buketu?”

“Biar saya saja, Mbak Wid,” jawab Ambar. Tanpa membuang waktu, ia langsung menelepon Pak Raja. Obrolan keduanya ternyata cukup lama karena sang Sekretaris Angkatan membahas gosip yang beredar tentang pengunduran diri Hanum.

Sambil menunggu, Wiwid membuka ponsel, dan melihat ada lima panggilan takterjawab dari Imam. Merasa ada yang takberes, istri Budiman itu pun cepat-cepat mengecek pesan masuk. Satu kalimat terakhir membuat hatinya menceplos.

Mak, Imam sama Bapak di UGD, RS Utama. Rupanya Imam sudah mengirim pesan sejak satu setengah jam setelah Wiwid meninggalkan rumah.

“Astaghfirullah!” Kepanikan dalam suara Wiwid membuat kedua temannya menoleh. Erina langsung bertanya, “Kenapa, Mbak Wid?”

“Si Abang, eh … Suami gue dibawa ke UGD!”

Lihat selengkapnya