Jika engkau cantik maka setengah masalah hidup teratasi, itu mimpi! Jika engkau kaya raya hidupmu akan mulus tanpa beban, itu juga mimpi! Bahkan, jika engkau menikahi pria terbaik di dunia, dan ia menjadikanmu satu-satunya ratu maka kesedihan takkan pernah singgah di hati, itu pun mimpi!
Ambar memiliki semua itu. Ia cantik, kaya raya, dan mempunyai suami yang baik hati. Namun, sejatinya hidup adalah ujian. Masalah dan cobaan bisa datang kapan pun. Ambar lebih sering menyebutnya dengan kata hukuman. Ia merasa bahwa setiap kesedihan serta masalah yang terjadi padanya adalah buah dari dosa-dosa masa lalu. Seperti yang terjadi enam setengah jam yang lalu.
Saat itu, pukul 19.20, Ambar tengah bersantap malam berdua dengan Bramanto. Santapan sederhana dan obrolan ringan di rumah nyaman berkonsep villa itu terasa romantis. Kebahagiaan tersirat jelas di wajah pasangan suami-istri yang sudah tidak muda lagi. Ambar yang anggun banyak tersenyum dan sorot kagum di mata Bramanto terpancar jelas.
“Kapan liburan sekolah?” Bramanto setelah terlebih dulu meminum teh pahit panas kesukaannya.
“17 pembagian rapor, 18 sudah mulai libur.”
“Kamu mau ajak Tiara liburan kemana?”
“Sudah lama dia ingin ke Labuan Bajo. Bagus, katanya! Dia dengar cerita dari sahabatnya yang pernah ke sana.”
“Tiara bilang begitu?”
“Dia ceritanya ke Teja, di telepon.”
“Ya, sudah! Kita kesana!”
“Mas ikut?” tanya Ambar seperti tidak percaya. Ketika Bramanto mengangguk, istrinya bertanya lagi, “Tapi, ndak apa-apa?”
“Kamu mau aku tidak ikut?”
“Bukan itu, Mas. Tapi … Sikap anak itu loh, Mas! Takutnya nanti … Ndak enak aku sama Mas.”
“Anak remaja … Biasa, itu.”
Ambar tersenyum, menatap penuh rasa sayang. Kemudian, diusapnya lembut punggung tangan Bramanto seraya berkata, “Terima kasih, Mas.”
Malam yang tenang, hati yang damai, dan udara pun sarat dengan cinta dewasa nan suci. Sayangnya, hanya dalam hitungan menit, semua rusak oleh kedatangan sang putri cantik bernama Tiara.
Kemunculannya didahului oleh suara keras dari benda yang dilempar dan mengenai sesuatu, baru kemudian gadis itu muncul dengan wajah tegang, dan garang. Rupanya, Tiara yang telah memendam kemarahan sepanjang jalan itu, sengaja mencari sang mama. Namun, ketika mereka sudah berhadapan di ruang makan, gadis itu hanya berdiri dengan sorot mata penuh amarah.
“Titi, kenapa?” tanya Ambar lembut. Takada jawaban.
“Kenapa pulang lebih cepat, Sayang?” tanya Ambar lagi. Dalam undangan yang dikirimkan oleh Fenitta, acara ulang tahun akan berlangsung dari pukul 18.30 sampai dengan 22.00. Masih jauh dari jam tersebut, Tiara sudah pulang.
“Gara-gara, Mama aku dibully!”
“Kamu dibully? Sama siapa, Nak?”