Vey dan Kala membuka pintu bersamaan, lalu menutupnya seraya saling memandang. Setelah Kala melihat Vey membawa tas selempang kecil, dia kembali ke dalam. Lupa mengeluarkan tas. Lalu, Vey mematut diri sebentar di cermin, menyampirkan kedua ujung pasminanya ke pundak kanan dan kiri.
Vey memakai celana plisket komprang, sweater rajut warna mustard, dan pasmina plisket warna hitam. Dia lebih nyaman dengan gaya style-nya yang seperti itu. Saat mengajar pun, dia lebih sering memakai celana ketimbang rok.
Berbeda dengan Kala yang lebih suka memakai gamis ke mana pun dia pergi. Dia kembali menutup pintu kamarnya. Berbaris di belakang Vey. Dia ikut memastikan kerudungnya sudah rapi.
"Onni, besok kita ziarah ke makam Ayah dan Ibu, ya," ucap Kala sembari menoleh ke Vey yang tengah mengangkat sepatu olahraganya.
"Habis kamu pulang sekolah?" Vey berjalan menuju ruang tamu.
Kala membuntuti seraya memeriksa smartphone dan dompetnya tidak ketinggalan. Menoleh ke arah rak alas kaki, hendak mengambil sandal. Tapi, ternyata sandalnya sudah di luar.
Kala menutup pintu depan. Menguncinya. Mengambil helm.
"Iya. Habis aku pulang. Pulangku besok jam setengah tiga. Kita berangkat sebelum magrib nggak masalah. Dekat juga."
Vey membungkukkan badan. Memakai sepatunya.
"Ya pokok habis kamu pulang sekolah aja."
"Oke. Yang nyetir aku apa kamu?"
"Aku aja, Onni."
Vey memberikan kuncinya. Memastikan kalau tidak ada pesan chat, DM, ataupun inbox. Ada dua pesan masuk. Dari insagrem dan ficibook. Dia membalas pesan itu sebentar. Pemesan lettering frame dan mahar pernikahan.
Kala menyalakan motor. Memutar balik. Lalu, memperhatikan Vey dari spion.
Vey berjalan sembari memakai helm.
Lalu, menaiki jok. "Yok."
Dengan motor skopy itulah, mereka berdua bisa keliling ke mana pun mereka mau. Dulu saat harta warisan bapak dan ibunya dibagikan, mereka mendapatkan ashobah (sisa pembagian harta warisan) yang hanya sedikit. Motor yang sebetulnya dulu adalah milik ayahnya, kini menjadi milik mereka berdua. Karena telah dihibahkan oleh ahli waris yang mendapatkan.
Untuk ukuran kekayaan masyarakat pinggiran kota, ayah Vey dan Kala dulu cukuplah mapan dan sangat berkecukupan. Bahkan, rumah yang ditinggali Vey dan Kala sekarang ialah 1/3 bagian dari seluruh harta yang dimiliki. Yang dulu diwasiatkan tiga bulan sebelum kematian itu memutus kehidupan. Sedangkan kebun dan tanah yang ditanami kayu jati, telah diberikan kepada yang berhak atas harta warisan.
Motor scopy itu melibas angin dengan kecepatan rata-rata. Mereka akan belanja di hipermart--lama tidak shoping ke sana.
"Onni, aku pengen nyanyi. Request apa?"