Emas dan Berlian

Kuni 'Umdatun Nasikah
Chapter #3

"Rumput-rumput Kering"

Sreng...sreng...sreng.


Kala hanya menonton Vey yang tengah memasak. Sembari menempelkan dagu pada tumpukan kedua tangannya di atas meja. Masakan Vey yang begitu sedap dan harum membuatnya seperti anak kecil yang tengah menunggu ibunya memasakkan sesuatu yang istimewa untuknya.


Tiba-tiba sang ibu berdiri di depannya sembari menyodorkan sepiring tempe dan tahu bacem. Punggung Kala menegak. Dia menyeringai senang. Menyambut harum masakan itu dengan matanya yang membelalak. Dia tak akan segan-segan langsung memakannya dan memuji masakan ibunya berkali-kali. Setelah dia kembali memperhatikan dengan baik, ternyata sosok itu hanyalah bayangan. Vey yang mengangsurkan sepiring mie nyemek di meja.


Vey melirik Kala sebentar. Lalu, pergi mengambil gelas dan ceret. Dia pun duduk menyaksikan wajah Kala yang mendadak kehilangan cerianya.


"Kangen ibu pasti."


Kala melenguh panjang. Dia enggan menjawab. Saat dia belum bisa tersenyum dan masih mewarnai tangis ketika teringat ibu, artinya dia belum sepenuhnya ikhlas atas kepergian itu.


"Aku juga kangen. Banget."


Empat buah kursi itu terpaksa harus disisihkan duanya agar mereka tak merasa ada yang telah hilang. Begitu juga dengan kamar ibunya yang baru setengah tahun lalu diusung barang-barangnya, yang kini dibiarkan kosong dan hanya akan dibuka tiga kali dalam seminggu untuk dibersihkan.


Kala memasukkan sesendok demi sesendok mie ke mulutnya tanpa ada keinginan untuk segera menghabiskan. Bukan karena masakan Vey kali tidak enak, justru lebih sedap daripada biasanya--keahlian memasak Vey dari hari ke hari semakin meningkat. Wajah ibu dan ayahnya terus menyelinap masuk.


Rumput-rumput hijau yang dulu tumbuh subur di atas dua makam itu kini telah mengering. Vey menaburkan mawar dan melati ke seluruh permukaan tanah, lalu Kala menuangkan air. Tak hanya air kendi yang sengaja tumpah, tapi air matanya pun mendadak tak dapat dikendalikan.

Lihat selengkapnya