“Baiklah, sekarang kita kumpulkan nama Ismail dan Ishak yang terdapat dalam Al-Qur’an.”
Aku ketik nama Ishak di kolom search. Tak berapa lama, hasil pencarian pun keluar.
“Dari hasil pencarian kita dapati bahwa nama Ishak disebutkan sebanyak tujuh belas kali pada ayat-ayat berikut.”
Lalu kutunjukkan hasil pencarian nama Ishak ke mereka.
“Dari tujuh belas ayat yang menyebutkan nama Ishak, tak satu pun ayat yang menyebutkan bahwa ciri-cirinya seperti anak yang disebutkan dalam Qs Ash Shafat:102, yaitu shobirin,.”
“Berdasarkan data yang kita dapat, ciri-ciri Ishak pada Qs ash shafat:112, sama seperti yang disebutkan pada Qs Al Ankabut 27, minash sholihin, termasuk orang-orang yang sholeh.”
“Baiklah, sekarang aku lanjutkan pencarian nama Ismail.”
Lalu kulakukan pencarian dengan cara yang sama seperti saat mencari nama Ishak.
“Dari hasil pencarian ini, dapat kita ketahui bahwa nama Ismail dalam Al-Qur’an disebut sebanyak dua belas kali.”
“Dari semua ayat yang menyebutkan nama Ismail, tak ada satupun gelar atau ciri-ciri yang sama dengan gelar atau ciri-ciri yang diberikan kepada Ishak. Ismail disebut sebagai minash shabirin dan penyebutan panggilan ini tidak pernah untuk Ishak, sebab Ishak disebut minash sholihin dalam Al-Qur’an.”
“Oke...masuk akal,” jawab Kiara.
“Kalau penjelasanku bahwa secara Alkitab, peristiwa persembahan Ibrahim itu Ismail itu bagaimana? Masuk akal juga kan?”
“Hmmm ... iya juga sih,” jawab Felix.
“Apa mungkin sudah diubah ayatnya? Bisa jadi sebelumnya tertulis Ismail?” ucap menebak-nebak Fritz.
“Hushh...kau jangan asal ucap, mana buktinya kalau ayat itu diubah?”
Felix tersinggung. Mukanya memerah kesal.
“Sudaah... kok jadi ribut.”
“Aku tak mau ribut, Fyan, tapi ucapan Fritz itu harus dijaga. Jangan asal tuduh,” ucap Felix.
“Maaf...Felix...,” ucap Fritz meminta maaf.
Felix berusaha mengontrol emosinya.
“Sudah-sudah... tidak usah ribut-ribut siapa yang akan dipersembahkan Ibrahim. Siapa pun ia, Ismail atau Ishak, toh kenyataanya tak jadi disembelih,” ucap Eva.