Aku tidak membual. Apalagi hanya ingin mengada-ada. Bukan juga untuk mencari keributan dengan menuduh adanya kontradiksi pada kitab suci agama lain. Hanya sekadar menyampaikan apa yang aku tahu. Bukan untuk membuat mereka merasa bodoh karena tidak tahu tentang kitab sucinya. Bukan pula memaksa agar mereka untuk menyetujui dengan apa yang aku sampaikan.
Kiara kembali membuka aplikasi Alkitab digital di handphone-nya. Lalu, dia membacakan keras-keras ayat terkait lokasi di mana peristiwa itu terjadi.
Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
Aku mengangguk pelan usai Kiara membacakan ayat kedua, pasal ke-22 dalam kitab Kejadian itu. Sekilas, memang tidak ada yang aneh dengan penyebutan lokasi pada ayat itu, yakni di tanah Moria. Namun, jika kita membandingkan antara Torah versi Masorah (Masoret) dengan teks Torah versi Samaritan maka dapat kita baca dengan jelas perbedaannya di sana.
“Kitab Kejadian yang kau baca barusan sepertinya terjemahan dari kitab Bereshit Torah versi Masorah,” ucapku.
“Memangnya ada berapa versi Torah, Fyan?” tanya Fritz penasaran.
“Ada Torah versi Masorah dan Torah versi Samaritan. Pada teks naskah tersebut Torah versi Masorah (Masoret) menyebutkan nama lokasi itu adalah Moriah. Sementara, pada teks naskah tersebut Torah versi Samaritan menyebutkan nama lokasi itu adalah Moreh,” jawabku sambil membuka galeri foto di handphone-ku.
Aku ingin memperlihatkan foto halaman dari buku The Torah: Jewish and Samaritan versions compared kepada Kiara dan teman-teman lainnya. Buku itu menyoroti tentang perbedaan antara Taurat versi Samaria dan versi Masoret Yahudi. Aku sempat memfotonya tempo hari di perpustakaan kampus. Aku mencari-cari foto itu lagi di galeri tabletku dengan seksama. Akhirnya ketemu juga foto yang kumaksud. Segera, aku perlihatkan pada mereka perbedaan pada kedua teks Torah itu.
Pada halaman buku yang sempat aku foto itu ditampilkan kedua teks dalam aksara Ibrani modern secara berhadapan. Untuk kata dengan variasi minor dicetak dengan huruf tebal sedikit lebih besar dari teks biasa. Sementara untuk kata dengan variasi mayor dicetak dengan huruf tebal yang lebih besar daripada variasi kecil. Perbedaan kata dengan variasi minor, biasanya hanya terkait perbedaan dialek atau cara membaca. Tidak sampai mengubah makna. Berbeda dengan variasi mayor. Selain terdapat perbedaan cara membaca, pun mengubah makna. Pada ayat yang menyebutkan lokasi di mana Abraham akan mengurbankan putranya ini termasuk ke dalam variasi mayor.
Lebih lanjut, aku menjelaskan perbedaan penulisan kata itu kepada mereka. Bahwa perbedaan penulisan antara teks pada Taurat versi Samaria dan versi Masoret terletak pada satu huruf saja, yakni huruf Yod. Perbedaan penulisan nama lokasi itu mengacu pada kata Moreh yang terdiri dari huruf Mem, Resh, Hey dan kata Moriah yang terdiri dari huruf Mem, Resh, Yod, Hey.
“Dengan adanya satu huruf Yod itu menyebabkan terjadinya perbedaan bacaan. Perbedaan bacaan pada penyebutan lokasi kurban Abraham ini, bukan sekadar perbedaan ortografi atau pun dialek. Namun, memiliki makna yang berbeda yang mengacu pada wilayah geografis yang berbeda,” ucapku menjelaskan.
“Satu peristiwa, dua lokasi?” tanya Felix heran.