Foodcourt 10:15pm.
Felix masih belum juga tampak batang hidungnya.
“Aku dan Fritz menunggumu di foodcourt. Kau langsung ke kamar atau ke sini?” SMS-ku ke Felix.
Usai Isya berjamaah di masjid, aku dan Fritz langsung meluncur ke foodcourt aparteman. Perut kami lapar karena belum terisi sama sekali sejak sore tadi. Tak berapa lama, kami tiba di foodcourt dan ternyata Felix sudah tiba lebih dulu di sana.
“Maaf tak sempat balas SMS-mu, handphone-ku lowbat,” ucap Felix.
“Tak apa,” jawabku.
Makan malam kali ini lumayan dingin. Tiupan angin sesekali menerpa wajah dan menggoyangkan lidah api pada sumbu-sumbu lilin di atas meja.
Dari pengeras suara samar terdengar alunan merdu suara Keith Martin melantunkan Because of You menemani kami santap malam sambil diisi obrolan santai.
“Bonne nuit[1]“ tiba-tiba terdengar suara menyapa kami.
“Kiara…?” ucapku kaget.
Kiara berdiri di sebelah kananku. Di tangannya kulihat tas besar bertuliskan butik ternama.
“Tahu dari mana dia, kalau kami ada di sini?” tanyaku dalam hati.
“Kebetulan kau ke sini, Kiara,” ucap Fritz.
“Aku yang beritahu Kiara, kalau kita ada di sini,” ucap Felix.
“Boleh gabung kan?” tanya Kiara.
“Silakan,” jawabku dan Fritz.
“Assied-toi,[2]“ ucap Felix mempersilakan.
“Waahh asyik nih sedang makan-makan,” ucap Kiara lalu ia memilih duduknya di sebelah kananku.
“Kau dari mana dingin-dingin begini?” tanya Felix.
“Tadi ada perlu dengan temanku di Butiknya," jawab Kiara sambil mengibaskan merenggangkan simpul syal ungu yang dimelingkar di lehernya.
"O iya kebetulan ada kamu Fyan, kau masih ingat janjimu kan?”
“Janji?”
“Iya”
“Janji yang mana?” tanyaku bingung, “aku lupa.”
“Waktu itu aku sempat tanya tentang ayat di Al-Quran padamu. Tentang ayat menyatakan Maryam saudara perempuan Harun. Kau masih ingat?” tanya Kiara mengingatkanku.
“O iya ya....”
“Nah kau belum sempat menjelaskannya kan? Dan kau janji akan menjelaskan kalau ada waktu bertemu lagi denganku, ya kan?”
“O iya aku ingat.”
“Laahh yang sepupumu tanyakan ke aku kan Ra?” tanya Fritz.
“Iya betul. Maaf Fritz, kalau sepupuku membuatmu tersinggung. Dia kalau bicara memang seperti itu, tapi nggak bermaksud apa-apa kok. Dia sama seperti aku, ingin tahu lebih banyak hal, mungkin cara penyampaiannya saja yang berbeda.”
“Iya gak apa-apa, cuma sempat kesal saja Ra.”
“Iya aku paham. Aku minta maaf.”
“Nggak apa-apa, Ra,” jawab Fritz.
“Bagaimana Fyan, bisa kau jawab pertanyaanku?”
“Hmmm ... di sini?”
“Iya,” jawab Kiara mantap.
“Di tempat ini? Sekarang?”
“Iya.”