Tepi Sungai Saskatchewan, 03:30pm.
Sudah cukup lama aku duduk di sini, di salah satu bangku taman di sepanjang Sungai Saskatchewan. Usai shalat asar di masjid, sengaja aku melangkahkan kaki ke sini untuk menikmati indah ciptaan-Nya. Aku ingin berpikir sambil bertafakur atas anugerah dan ciptaan Tuhan.
“Masyaallah.” Bibirku bergumam pelan melihat keindahan yang sempurna. Di hadapanku tersuguhkan pagelaran alam yang begitu memesona dengan hamparan rumput hijau dan sinar matahari yang membias di permukaan riak sungai bak wajah perempuan tua. Semilir angin menggoyang-goyangkan dedaunan yang merimbun di sepanjang sungai seolah-olah berpuisi mengagungkan asma-Nya. Seperti puisi hati yang kubuat beberapa saat lalu di tempat ini sambil menikmati senja.
Aku bermadah pada-Mu
Dengan segenap rindu
Menuturkan sebait cinta
Dengan kata sederhana
Semoga Kau melumuriku dengan Rahman Rahim-Mu
Dan mengharumi jiwaku dengan CINTA-Mu
Tiba-tiba seseorang berdiri di sebelahku. Aku menoleh.
"Kiara, kamu?"
Kiara tersenyum manis yang tidak kalah indah dari riak-riak sungai yang bertabur cahaya.
"Maaf mengganggu waktu santaimu, Fyan," katanya santun.
"Tidak apa-apa," jawabku, “Darimana kau tahu aku ada di sini?”
“Felix yang memberitahuku.”
Lalu Kiara duduk di sebelahku. Kulihat perban masih menempel di pelipisnya.
“Bagaiman kondisimu?”
“Mulai membaik.”
“Alhamdulillah...”
“Matamu?”