Pagi itu tanpa sarapan Diandra pulang bersama teman peserta lain dari Kota nya.
Sebelum masuk mobil dia yang tadi malam entah menyatakan perasaan atau hanya sekedar bertanya, dengan tanpa ragu mengajak Diandra untuk mampir ke tempatnya. Tentu saja ada rasa dilema yang sesaat kemudian bisa dikendalikan. Diandra ingin, tapi mana mungkin? Ia datang ke acara ini bersama rombongan, apa iya mereka semua mau mampir ke tempat Bayu? Ah. Ya, sudahlah...
Di dalam mobil. Duduk paling pinggir di belakang kemudi. Menatap ke arah luar jendela, bukan pepohonan berjejer itu yang menarik indera lihat Diandra. Tapi motor bebek di depan mobil, dikendarai sesosok manusia yang sejak malam tadi resmi jadi pemikat hati.
Rambut gondrongnya sesekali sedikit terurai di balik helm diterpa kencangnya angin jalanan. Dan jaket hoodie hijau yang dikenakan itu adalah milik Diandra. Sebagai pengganti switer rajutnya yang tanpa sengaja terkena tumpahan air mineral olehnya. Ya, benar. Jadinya mereka menukar barang kesayangan masing-masing. Betapa kekanak-kanakan.
Dalam perjalanan pulang perasaan bahagia dan rindu rumah tercampur rata dan imbang, cahaya matahari terkadang menembus jendela mobil menyilaukan mata Diandra.
Diandra lahir dan besar di Kota yang begitu syahdu. Ujung timur pulau Madura yang memiliki ragam keindahan begitu memesona dan memikat atas siapa saja yang mengunjunginya, Sumenep.
Sumenep memiliki banyak pulau yang menyimpan berjuta keindahan, sehingga tidak terlalu berlebihan orang menyebutnya sebagai kota wisata.
Ini adalah musim kemarau, di Sumenep selalu ditandai dengan kilau garam melimpah yang dipanen oleh mereka para petani. Kota ini, konon menjadi kota penghasil garam terbanyak di Madura sehingga tak heran mendapat julukan Kota Garam. Siangnya yang terik adalah kebahagiaan tak terkira bagi petani garam.
Sekitar empat jam perjalanan kembali ke rumah, di dalam mobil Diandra lebih banyak tertidur. Sesekali bangun hanya untuk merubah posisi duduk saja, atau saat merasa haus. Menjelang siang yang terik ia telah sampai di rumah.
Dan betapa terkejutnya Diandra mendapat begitu banyak pesan singkat juga panggilan yang bertubi-tubi dari nomer yang sama, dari dia. Nomornya belum tersimpan dengan nama yang jelas. Tapi isi pesannya memberitahu Diandra bahwa itu dia, Mas Bayu. Yang setelah itu nama kontaknya berubah menjadi Mas Bayu dengan emoji hati. Betapa memalukannya kenangan semacam ini!
Diandra segera membalas pesan Bayu yang menumpuk di kotak masuk. “Maaf, Mas. Aku baru aja sampe rumah, nih," Diandra menekan tombol kirim.
Tak berapa lama gawainya kembali berdering menandakan ada pesan baru yang masuk.
“Oke. Istirahat dulu, gih. Nanti aku telfon, ya!." Balasan dari Bayu semakin menambah kecamuk di dada Diandra yang terus berdebar tak karuan. “Apa-apaan ini?." Serunya.
Hari-hari berikutnya Diandra berubah menjadi gadis yang dimabuk asmara. Rasanya lebih bersemangat untuk melakukan banyak hal. Seajaib itu ternyata seseorang yang baru saja ia kenal tapi bisa merubah perasaannya sedemikian rupa.