Senin pagi yang selalu terlihat padat dan ramai dengan segala aktivitas penduduk Indonesia yang bersiap memulai hari mereka termasuk Ayra Zaina Prameswara yang kini tengah berjuang susah payah keluar dari kereta commuterline yang selalu mengantarnya bekerja. Begitu keluar stasiun dengan setengah berlari gadis berusia dua puluh dua tahun itu menyeberangi jembatan halte transjakarta untuk mengejar bus besar yang biasa ia tumpangi menuju komplek perkantoran Arkamaya Business Park di komplek Megapolitan Arkamaya Land. Ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai Junior Customer Service di Krystal Bank cabang Arkamaya Bussines Park Tower. Sedikit tergesa, Ayra melangkah menyeberangi lobi gedung menuju kantornya yang terletak sisi kanan lobi.
Setengah berlari Arya menyelinap melalui ruang back office menuju ruang loker karyawan yang berada tepat di sebelahnya. Gadis itu segera meletakkan tasnya, merapikan riasan wajahnya kemudian mengenakan seragam serta sepatu high-heels hitamnya. Sambil berjalan perlahan dan sedikit membungkuk Ayra melangkah melewati barisan paling belakang para seniornya yang tengah melaksanakan briefing pagi kemudian berdiri tepat disebelah Mika sahabatnya.
"Kamu telat lagi? Ketinggalan kereta pertama?" tanya Mika setengah berbisik dan Ayra hanya mengangguk pelan.
"Aku kesiangan bangun. Semalem habis bantuin mama ngerjain pesanan snack box."
"Untung aja Bu Rita nggak lihat. Kalo dia lihat, bisa abis kamu kena omelannya!" Ayra hanya meringis pelan dan bersyukur kalau bos besarnya itu tengah sibuk di ruang kerjanya.
"Sekian dulu untuk briefing pagi hari ini. Untuk lebih jelasnya bisa di lihat di memo perubahan suku bunga tabungan ya. Dan untuk mengawali pekerjaan kita hari ini, mari kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa dimulai!" Seluruh karyawan front office maupun back office dengan serempak menundukkan kepala untuk berdoa mengikuti instruksi sang pemandu briefing hari ini. "Berdoa selesai! Ayo semangat!" kata Radith, pria muda tampan dengan seragam putih gading-merah marun dengan dasi biru tua bermotif kristal khas Krystal Bank yang kini tengah menatap lurus ke arah Ayra.
"Krystal Bank Selalu Bersinar!!!" Begitu selesai berdoa seluruh karyawan selalu meneriakkan yel-yel yang akan memotivasi mereka semua supaya tetap semangat dalam bekerja.
Jam dinding kini telah menunjukkan pukul delapan tepat. Semua karyawan kembali ke posnya masing-masing. Dua petugas keamanan tengah berjaga di depan pintu masuk siap menyapa dan membukakan pintu untuk para nasabah yang datang. Ayra pun segera menuju meja kerjanya di bagian customer service.
"Eits... Mau ke mana buru-buru banget?" kata Radith yang tiba-tiba sudah ada di samping Ayra dan menarik lengannya.
"Eh-- " Ayra tersenyum kikuk. "Tapi kan aku tetap ikutan briefing tadi!" elak Ayra.
"Tapi tetap aja kamu telat. Lain kali jangan sampai telat lagi ya!" kata Radith sambil mengusap puncak kepala Ayra pelan kemudian segera menuju ke meja kerjanya.
Baru saja Ayra duduk dan membuka password user komputernya ketika Handy, salah satu sales marketing datang sambil membawa beberapa berkas pembukaan yang langsung diberikannya kepada Luna, senior Ayra yang punya kulit putih bak porselen dengan pipi chubby yang membuatnya semakin manis kalau tersenyum.
"Ini berkas depositonya Pak Darwin. Proses hari ini ya!" jelas Handy saat Luna memeriksa berkas yang baru diterimanya. "Oh ya, yang ikut aku pergi ke pabrik Citra Surya Devara hari ini siapa?" tanya Handy sambil memandang para Customer Service di hadapannya bergantian.
"Tuh ajak si Ayra aja. Dia udah ngerti tata cara pembukaan rekening kok!" jawab Luna sambil menunjuk Ayra yang masih terpaku menyaksikan interaksi di hadapannya. "Heh Ayra, jangan bengong aja atuh! Jangan lupa close user dulu sebelum pergi. Kalo ke pabrik pasti sampai sore selesainya!" kata Luna lagi sambil mengibaskan salah satu tangannya di hadapan Ayra.
"Oh... Oke siap!"
"Ya udah, kamu siap-siap dulu sana! Jangan lupa bawa formulir pembukaan rekeningnya ya!" kata Handy kemudian menekan tombol ponselnya untuk menelepon seseorang.
Ayra menuju salah satu rak yang berada di belakang Luna. Mengambil satu bendel berkas pembukaan rekening tabungan dan meletakkannya di meja kerjanya. Selagi menunggu Handy, Ayra menuju mesih ATM yang berada di depan kantornya. Mengambil beberapa lembar uang untuk mengisi dompetnya kalau sewaktu-waktu diperlukan dalam keadaan darurat. Karena setahu Ayra, pabrik tersebut terletak di sebuah kawasan industri yang jauh dari pusat kota.
Ayra selesai dengan mesin ATMnya ketika melihat seorang nasabah kebingungan di depan mesin ATM di sebelahnya.
"Selamat pagi. Saya Ayra, ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Ayra ramah sambil menunjukkan nametag dengan tulisan bertinta emas di dada kirinya. Pria itu menoleh, menatapnya dari kepala sampai ke kaki. Pria dengan pakaian formal yang terlihat rapi itu seolah meneliti siapa Ayra.
"ATM saya masuk ke dalam mesin dan tidak keluar lagi," kata pria yang semakin dilihat terlihat tampan dan berwibawa menurut Ayra.
"Sebelumnya apa Bapak pernah salah memasukkan kode PIN?"