Ayra melangkah cepat menuju ruang IGD di mana papanya mendapatkan perawatan darurat. Di kursi ruang tunggu IGD, Ayra melihat mamanya sedang berbicara dengan perawat yang bertugas. Ayra segera menghampiri sang mama.
"Gimana, Ma? Apa kata dokter?"
"Biasa, darah rendah papa kamu kumat. Harus banyak istirahat dan makan yang teratur," sahut sang Mama sambil menghela napas pelan. "Papa sudah boleh pulang katanya. Kamu tolong urus administrasinya ya."
"Oh.... Yaudah. Aku ke kasir dulu kalo gitu. Sekalian tebus obat kan?" Mama mengangguk dan Ayra segera menuju kasir rumah sakit.
Antriannya cukup panjang. Hampir setengah jam Ayra menunggu hingga semua administrasi selesai baru mengambil obat di bagian farmasi. Setelah mendengarkan semua penjelasan sang apoteker, Ayra kembali ke ruang tunggu IGD. Dari kejauhan ia melihat kedua orang tuanya sedang berbincang akrab dengan sepasang suami istri seusia mereka. Mama sendiri terlihat sedang berpelukan dengan wanita yang terlihat lemah lembut dengan senyum hangat yang mengembang di wajah pucatnya. Sedangkan papanya sedang berjabat tangan erat dengan pria paruh baya yang terlihat berwibawa di usia senjanya.
"Pa, Ma," panggil Ayra. Mama papanya segera memanggilnya mendekat.
"Ayra, kenalkan ini sahabat Papa yang pernah Papa ceritakan waktu itu. Yang selalu bantu Papa waktu sekolah dulu. Namanya Om Baskoro dan ini istrinya Tante Azrina!" Papa memberitahu Ayra dengan antusias. Terlihat bagaimana ia sangat senang bertemu sahabat lamanya itu.
"Om, Tante, apa kabar?" tanya Ayra saat memberi salam pada keduanya.
"Anakmu sudah sebesar ini ya! Wah sudah lama sekali ya kita lost contact. Gara-gara kebakaran rumah waktu itu, semua alamat dan nomor teleponmu hilang. Untung kita bisa ketemu lagi di sini," kata Om Baskoro.
"Iya ya, Pa. Rasanya kangen sekali sama kamu Syifa!" kata Tante Azrina sambil menggenggam erat tangan Mama. "Anak kamu juga sudah jadi wanita cantik begini sekarang. Pasti banyak yang naksir ya?" gurau Tante Azrina sambil menarik tangan Ayra dan menggenggamnya erat.
"Siap-siap punya menantu dong ya kamu, Athar!" kelakar Om Baskoro pada Papa. Sedangkan Ayra melongo dengan senyum canggung mendengar gurauan mereka.
"Belom lah, Ayra baru lulus beberapa bulan lalu. Ini baru saja kerja."
"Ah kalau saja bisa kuambil jadi mantuku! Seneng banget aku pasti!" sahut Tante Azrina lagi sambil tersenyum menatap Ayra lembut. Ayra hanya tersenyum tipis.
Papa dan Om Baskoro saling bertukar nomor telepon. Saling mengingatkan untuk saling menghubungi. Keduanya terlihat layaknya kakak adik yang baru saja bertemu setelah berpisah lama. Kalau bukan karena kejadian Papa pingsan dan Tante Azrina sesak napas, mungkin mereka masih belum bertemu sampai sekarang.