Emergency Bride

Ayu Anggun
Chapter #3

#3. Kontraksi

Setengah jam sebelum jam operasional berakhir, ruang tunggu Krystal Bank masih terlihat sedikit ramai. Ayra terlihat sedang memasukkan data nasabahnya ke komputer ketika seorang gadis kecil menghampirinya.

"Tante, aku mau buat tabungan bisa?" tanyanya lugas. Tatapannya menyiratkan kemauan dan keingintahuan yang tinggi.

"Bisa. Tapi harus didampingi sama Mama atau Papamu ya," jawab Ayra sambil tersenyum.

"Tunggu sebentar ya, Tante. Aku panggil Mamaku dulu!" katanya kemudian berlari keluar dan sedetik kemudian kembali masuk sambil menggandeng seorang wanita cantik yang masih terlihat elegan dengan perutnya yang membuncit.

"Ini Mamaku. Jadi boleh kan aku buat tabungan?" tanyanya lagi.

Ayra dan wanita yang dipanggilnya Mama saling berpandangan dan tersenyum satu sama lain.

"Selamat sore, Bu. Saya Ayra, silakan duduk dulu. Dengan Ibu siapa?" sapa Ayra ramah.

"Saya Vania. Ini putri saya Zalwa."

Dan Ayra mulai menerangkan jenis tabungan anak beserta manfaat dan keuntungannya. Zalwa terlihat antusias dan sang Mama nampaknya akan menuruti permintaan anaknnya itu.

Ayra segera memproses pembukaan rekening yang diinginkan Zalwa. Kemudian pamit sebentar untuk meng-copy semua berkas yang dibutuhkan. Saat itu Sherly mendekatinya dan memberitahu Ayra kalau yang menjadi nasabahnya saat ini adalah sang Presiden Direktur Krystal Bank. Otomatis Ayra memandang ke arah mejanya sambil ternganga. Tak menyangka ia bisa melayani sang Presdir.

Pantas saja dari tadi para senior beberapa kali mencuri pandang ke arah mejanya. Tampaknya mereka semua juga ingin tahu seperti apa rupa Presedir mereka. Bahkan Ayra bisa melihat Mika bersama seniornya Wanda dan Citra dari teller di seberang ruangan memperhatikan wanita cantik yang duduk di counter CS-nya sambil berdecak kagum.

Ayra menarik napas pelan untuk menghilangkan kegugupannya setelah mengetahui siapa nasabahnya dan kembali ke mejanya dengan berkas lengkap. Masih sambil tersenyum menyelesaikan proses pembuatan rekening baru. Sesekali mempersilakan Zalwa mengambil permen yang ada di sudut mejanya. Namun tiba-tiba Bu Vania memegangi perutnya sambil mengaduh pelan. Wajah wanita itu seketika terlihat menegang meskipun berusaha untuk tetap tenang sambil mengusap lembut perut buncitnya.

"Anda tidak apa-apa, Bu Vania?" tanya Ayra khawatir. Bu Vania terlihat ragu tapi kini wajah wanita itu mulai terlihat pucat dan peluh mengalir di pelipisnya.

"Bisa tolong panggilkan sopir saya? Oh ya ampun, sepertinya aku akan melahirkan!" kata Bu Vania sambil menarik napas dalam berusaha tetap tenang.

"Apa?! I... Iya saya panggilkan dulu!" Ayra panik, tanpa pikir panjang langsung melesat keluar gedung mencari sopir pribadi Bu Vania sedangkan para seniornya mulai membantu wanita yang sedang mengalami kotraksi itu.

Ayra mencari mobil Bu Vania di bantu oleh Zalwa. Setelah menjelaskan semuanya, sang sopir dengan segera melajukan mobilnya ke depan pintu lobi gedung. Sedangkan dari dalam Krystal Bank, Bu Vania dipapah oleh Radith dibantu Fares sang teller.

"Radith, Ayra, temani Bu Vania ya!" kata Sherly mengutus dua anak buahnya membantu Bu Vania. Keduanya mengangguk. Ayra menemani Bu Vania di kursi penumpang belakang bersama Zalwa sedangkan Radith duduk di kursi penumpang depan.

Lihat selengkapnya