Emergency Bride

Ayu Anggun
Chapter #4

#4. Bride

Ayra mengusap matanya sambil menguap lebar. Masih sedikit mengantuk karena sudah beberapa hari ini ia harus kerja lembur. Inginnya Ayra sih akhir pekan ini hanya untuk bersantai dan bermalas-malasan di rumah. Tapi ternyata Papanya sejak pagi sudah heboh mengajak semua anggota keluarga untuk menghadiri undangan pernikahan anak sahabatnya. Padahal acaranya masih nanti malam.

"Ma, pokoknya siapin baju yang paling bagus, ya! Acaranya di hotel mewah soalnya," kata Papa sambil menyemir sepatu pantofel hitamnya. "Ayra, kamu juga siapin gaun yang paling indah. Dandan sedikit biar makin cantik!"

"Iya, Pa!" sahut Ayra setengah hati.

"Kamu juga Ravi, jangan sampai bikin ulah di sana! Jaga sikapmu, ya!" kata Papa lagi memperingati adik laki-laki Ayra yang sibuk bermain game di ponselnya. Ravi hanya berdehem pelan tanda ia mengerti.

Hingga sore tiba seluruh keluarga Ayra masih mendengar suara sang Papa yang antusias menginstruksikan semuanya untuk bersiap. Ayra sendiri masih berkutat di depan cerminnya. Memoles lipstik pada bibir tipisnya. Merapikan rambutnya yang tergerai kemudian menambahkan sebuah jepitan mutiara di salah satu sisi kepalanya.

"Ayra, Mama, dandannya jangan kelamaan nanti kita telat! Perjalanan ke Jakarta malam minggu begini macet loh!" teriak Papa lagi dari ruang tamu.

"Iya, Pa. Sebentar lagi!" sahut Mama sambil memasangkan bross besar di kerudungnya.

"Ayra, ayo cepetan!" teriak Papa lagi, kali ini dari garasi rumah sambil memanaskan mobil.

"Iya, Pa!" sahut Ayra kemudian menyambar tas tangannya dan lari tergopoh-gopoh ke luar rumah. Kemudian naik ke dalam mobil begitu Mama selesai mengunci pintu pagar.

"Itu muka kakak diapain? Tebel amat kayak lenong?" ledek Ravi sambil memperhatikan setiap jengkal wajah Ayra yang sudah dipoles make up dengan sempurna. Ayra mendelik jengkel dan menjitak kepala Ravi. "Niat banget dandannya sampe tebel gitu. Kayak di sana Kakak mau gaet pacar aja," kata Ravi lagi.

"Bukan pacar, gaet suami kalo bisa. Puas kamu Ravi!" sungut Ayra sambil mencebik kesal. Sedangkan Ravi hanya terkekeh pelan.

Perjalanan menuju hotel mewah yang di bilang Papa memang cukup lama. Sempat terhenti karena jalanan mulai padat merayap. Banyak orang pergi ke luar rumah untuk menikmati hari libur mereka. Hingga mobil berbelok masuk ke dalam komplek Megapolitan Arkamaya Land menuju Hotel Savero.

Papa membimbing masuk ke dalam hotel yang dijaga ketat itu. Kartu undangan ditunjukkan sebagai kunci masuk dan pegawai hotel memberikan instruksi untuk langsung menuju taman bagian belakang tempat diselenggarakannya pesta pernikahan tersebut.

Papa memandang sekeliling mencari sosok sahabatnya. Hingga senyuman mengembang di bibirnya saat melihat sosok tersebut di sisi kiri taman. Papa segera mengajak seluruh keluarganya menghampiri sang tuan rumah. Sedangkan Ayra dan Ravi masih menatap takjub semua dekorasi pernikahan yang mereka lewati. Ayra sendiri tak berhenti berdecak kagum. Beberapa kali berhenti sejenak untuk berswafoto di tempat dekorasi yang menurutnya bagus.

"Baskoro!" panggil Papa dan sukses membuat Ayra menoleh ke arah sahabat Papanya itu.

Lihat selengkapnya